Monday, April 30, 2007

The World is Flat

Siang terik matahari di atas kepala menyisakan sedikit keteduhan ketika angin laut menghembuskan sedikit kelembaban uap air atas nama belas kasihan. Pendataran dunia yang berbelas kasihan menemukan esensi mendalam pada hakekat kehidupan manusia sebagai makhluk pekerja: mencari kompensasi bagi waktu yang diinvestasikannya dalam pekerjaan, dan menyikapi bagaimana pekerjaan itu sendiri memberikannya kesempatan untuk belajar tumbuh dan berkembang menghadapi perubahan dunia dan tuntutan pekerjaan dunia baru yang semakin datar dan semakin menuntut kolaborasi horisontal.
Dunia baru adalah dunia yang semakin datar, karena lapangan permainan telah didatarkan. Fokusnya telah bergeser dari negara menjadi perusahaan trans-nasional dan sekarang menjadi individual. Globalisasi telah menemukan wujudnya dan menulis takdirnya sendiri dan menyisakan pilihan-pilihan berganda, yang pada akhirnya akan bermuara pada semua premis terdahulu adalah salah atau seluruh jawaban adalah betul. Disinilah kebetulan akan mencapai derajat pemahaman yang sama dengan kebenaran. Kebetulan pada saat itu saya ada di sana, dan kebenaran pada saat itu berpihak pada saya.
Globalisasi 1.0 (1492-1800): Dunia susut dari besar menjadi sedang, prosesnya terkait pada negara dan otot. Seberapa gigih, seberapa kuat otot dan seberapa besar tenaga kuda, tenaga angin, dan tenaga uap yang dimiliki negara serta seberapa besar kreativitas pemanfaatannya akan mendorong globalisasi.
Globalisasi 2.0 (1800-2000): Dunia susut dari sedang menjadi kecil, prosesnya terkait pada perusahaan-perusahaan multinasional. Dimotori jatuhnya biaya transportasi karena mesin uap dan kereta api, dilanjutkan dengan jatuhnya biaya telekomunikasi karena telegraf, telepon, PC, satelit, serat optik dan www versi awal. Terjadi pergerakan barang dan informasi antar benua membentuk pasar global berupa perdagangan barang dan tenaga kerja antarpasar.
Sembilan fenomena pendataran dunia berkolaborasi menciptakan situasi yang merangsang terciptanya Globalisasi 3.0 (2000-sekarang). Fenomena tersebut adalah meluapnya kreativitas masyarakat dunia yang dicirikan dengan runtuhnya tembok Berlin sebagai ikon pengekang kebebasan peninggalan masa lalu. Dan kemudian semua orang menjadi semakin mudah terhubung satu sama lain, konektivitas antar individu meledak karena berkembangnya web dan internet.
Perangkat lunak workflow memicu kolaborasi yang sebelumnya tak pernah terbayangkan: membuat proyek bersama dari berbagai pelosok dunia tanpa perlu bertatap muka, sepanjang format datanya bisa didigitasi, semuanya bisa dikolaborasikan lewat internet.
Uploading berkembang menjadi kekuatan baru masyarakat, dimana individu-individu semakin mudah mengekspresikan opini, penemuan, pengaruh dan segalanya melalui blog dan kolaborasi model wikipedia. Masyarakat bebas mengekspresikan dirinya, tak perduli apapun yang menjadi dasar ideologinya. Sistemnya hanya mengatur pencatatan dan metode penelusuran apa dan siapa yang melakukan uploading. Mengenai isi, silahkan masing-masing individu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.
Outsourcing berkembang dari melakukan pekerjaan masal dan murahan menjadi semakin terspesialisasi dan tidak lagi murahan. Tuntutan sebagai produsen berbiaya murah mewajibkan setiap entitas bisnis mencari terobosan yang mampu menembus tembok tujuh lapis, dan outsourcing muncul sebagai alternatif yang tak terelakkan. Sebagai contoh, India mendapat manfaat dari boomingnya pekerjaan kasta sudra dalam pemrograman komputer berupa pemeriksaan ketaatan masing-masing baris perintah dalam bahasa program terhadap milenium bug (Y2K). Mereka mendapatkan pekerjaan murahan yang ternyata memberikan kesempatan kepada para insinyurnya di Bangalore untuk belajar mekanisme pembuatan program yang memungkinkan mereka menjadi pembuat perangkat lunak saat ini. Meledaknya bom broad band memberikan akses jalan raya informasi dari AS ke India dengan biaya murah. Investor yang membangun kapasitas broad band secara jor-joran dengan biaya mahal akhirnya bangkrut karena excess supply, mereka mengembalikan proyeknya ke bank. Pihak bank kemudian melelangnya dengan harga hanya 10% dari nilai bukunya sehingga sewa saluran broad band menjadi sangat murah dan dapat dimanfaatkan oleh negara seperti India untuk menghubungkan dirinya dengan AS. Sialnya, saluran broad band ini hanya dibangun seperti jaringan jalan raya bebas hambatan antar negara, tetapi di dalam negaranya sendiri tetap memakai jalan biasa yang sempit dan macet. Alhasil yang menikmati investasi broad band yang dikembangkan AS adalah negara-negara seperti India dan China. Semua pekerjaan yang secara fisik bisa didigitalisasi, berarti bisa dipecah-pecah menjadi pekerjaan-pekerjaan yang lebih sederhana, dan pekerjaan tersebut bisa dikirim ke tempat lain melalui jalan raya informasi dengan cepa, adalah kategori pekerjaan yang bisa di outsource: baik berupa barang ataupun jasa. Memang jasa tertentu seperti memasak tidak dapat di outsource, tetapi reservasi restoran terbaik dengan menu favorit tertentu tetap dapat di outsource.
Outsourcing berarti memindahkan pekerjaan ke luar perusahaan, dan secara fisik perusahaannya masih ada di tempat dia berada. Offshoring adalah memindahkan basis perusahaan ke luar negeri dengan pertimbangan efektivitas dan efisiensi ekonomi. Sekali lagi kekuatan uang atas nama efektivitas dan efisiensi menjadi ideologi kaum pemuja offshoring. Karena susah mencari tenaga kerja yang cekatan, pandai dan mau menerima gaji murah di negara ini, maka pemilik memindahkan perusahaannya ke negara yang kondisinya paling favorable. Selesai! Seekor singa Afrika harus lari untuk mengejar seekor kijang yang akan dimangsanya. Sementara itu si kijang harus lari untuk menyelamatkan dirinya dari terkaman singa. Ketika si kijang berhasil menyelamatkan diri, manusia mengejek singa karena tidak becus menangkap kijang. Singa hanya mengaum enteng: walaupun kami sama-sama berlari, bagiku lari itu hanyalah soal makan siang, sedangkan bagi kijang itu lari adalah masalah hidup matinya. Tidak perduli kami menjadi pemangsa atau calon mangsa, kami tetap harus berlari, bebeh. AS adalah singa, sedangkan China adalah kijangnya. Dalam kasus ini, larinya kijang lebih kencang dari singa karena kijang tahu kalau dia tidak bisa lari maka tamatlah riwayatnya.
Terlalu banyak lemak menyebabkan daging tidak sehat dan mengandung kolesterol jahat yang tinggi sehingga orang yang memakannya bisa cepat mati. Dalam bisnis, terlalu banyak biaya yang tinggi menyebabkan cost overrun juga bisa menyebabkan perusahaan mati. Sebagai konsumen yang berbelanja di toko seperti Walmart, kita sangat senang karena menikmati efisiensi rantai pasokannya (supply chaining) sehingga mendapat barang dengan harga yang lebih murah. Dalam konteks ini, kita mendukung rantai pasokan yang efisien, dan memang ini membuat dunia menjadi lebih datar sehingga organisasi dapat bergerak lebih luwes di dunia yang semakin mengecil. Walmart membeli dalam jumlah besar (skala ekonomi) dari pemasok di China dan logistiknya disentralisasi di Arkansas. Dengan melakukan distribusi inbound logistic sendiri, Walmart mampu memotong marjin biaya sampai 5%. Sementara dalam konteks lainnya, sebagian karyawan Walmart harus menerima tunjangan kesehatan yang lebih kecil dari rata-rata industri, dan perusahaan meminta asuransi kesehatan karyawannya dibayar oleh negara. Karyawan Walmart menggerutu, dan satu-satunya institusi (kalau bisa disebut institusi) yang mendukung manajemen Walmart dalam kasus ini hanyalah Wallstreet (bukan kebetulan karena sama nama awalnya). Disinilah kita menghadapi paradoks, kita ingin efisiensi tetapi tetap ingin gaji dan tunjangan yang mahal. Ini seperti sekelompok bule di mal mangga dua yang membeli DVD bajakan seharga Rp 5.000,- per keping, tetapi di negaranya menggugat praktik pembajakan tersebut. Saya pribadipun mengaku dosa dengan memfotokopi buku teks dari perpustakaan, tetapi mengutuk keras praktik fotokopi yang dilakukan orang lain terhadap buku yang saya terbitkan. Akhirnya saya katakan kepada penerbit, untuk lebih mempertimbangkan harga jual buku dengan marjin yang lebih kecil sehingga biaya fotokopi dan jilid hampir sama dengan membeli buku aslinya. Kalau sudah begini, bukan hipokrit lagi kalau saya menyumpah-serapahi orang-orang yang tetap tega memfotokopi buku saya.
Untuk perusahaan kecil yang memiliki sumberdaya terbatas sehingga tidak mampu melakukan penghematan melalui pembuatan rantai pasokan sendiri, maka ada perusahaan seperti UPS yang bidang utamanya bergerak dibidang logistik dan memiliki kapasitas sangat besar tidak hanya dalam jasa logistik tetapi juga jasa lain-lainya. Jika orang yang membeli notebook Toshiba dengan term garansi tertentu mengalami kerusakan, maka mereka mengirimkan notebooknya ke pusat pelayanan Toshiba dengan menggunakan jasa kurir seperti UPS. UPS kemudian menawarkan jasa kepada Toshiba: Daripada anda melakukan sendiri perbaikannya, mengapa tidak kami saja yang menerima kiriman notebook bermasalah itu, kemudian kami perbaiki, dan kami kirimkan kembali kepada pelanggan anda, atas nama Toshiba. Kami hanya akan membebankan biaya pelayanan tertentu di atas biaya suku cadang yang rusak. Inilah praktik insourcing. Dan jika ada cukup banyak perusahaan seperti Toshiba, Dell dan HP memberikan bisnis ini kepada UPS, maka bisnis inipun akan berkembang menjadi salah satu pendapatan tambahan bagi UPS. Di luar sana, banyak perusahaan yang memiliki hal-hal istimewa dan hanya soal waktu untuk mempertemukan mereka dengan perusahaan sejenis UPS yang memiliki kemampun insourcing hebat untuk saling berkolaborasi bagi kepentingan bersama.
Dunia menjadi semakin datar dengan terciptanya in-forming. Google, Yahoo, dan MSN telah menyediakan sarana dan prasarana sehingga individu-individu semakin mudah terhubung secara masif dan produktif.
Keseluruhan fenomena ini dipercepat dengan stimulan perangsang berupa teknologi digital yang semakin maju, teknologi bergerak (mobilitas), personalisasi para individu, realitas virtual yang berderap terpadu dengan tema konvergensi. Hidup menjadi semakin mudah terhubung dalam skala yang tidak terbayangkan sebelumnya, dan inilah Globalisasi 3.0 (2000-sekarang): Dunia susut dari kecil menjadi sangat kecil sehingga mendatarkan dunia, prosesnya terkait pada pemberdayaan individu-individu, kelompok-kelompok dan segala keragamannya. Dimotori oleh 10 pendatar yang dipaparkan sebelumnya, fenomena ini menciptakan trio konvergensi yang mampu mendatarkan dunia melalui proses integrasi, horisontalisasi, dan koloborasi horisontal.
Konvergensi pertama menciptakan lapangan permainan yang baru melalui proses integrasi. Konvergensi kedua menciptakan proses baru melalui proses horisontalisasi. Konvergensi ketiga mencipatkan kolaborasi horisontal melalui proses pembentukan kebiasaan baru. Keseluruhan konvergensi inilah yang menciptakan pendataran dunia sehingga dunia menjadi datar. Inilah fenomena dunia datar di suatu siang di daerah tropis.

Bacaan Lebih Lanjut:
Friedman, T.L. 2005. The World is Flat: A Brief History of the Twentieth-First Century. Farrar, Straus and Giroux. New York.

Tuesday, April 24, 2007

My Heart

Kehidupan adalah seperti pentas sinetron dimana glamor dan ekstravaganza terkondensasi dalam fomat audio-video. Frame demi frame terekam dalam jejak kehidupan, meciptakan plot demi plot yang mereka kehidupan dalam bingkai keceriaan sampai tragedi yang ngenes abiis. Lalu akankah keceriaan dan kesedihan itu mampu menciptakan sensasi dan meluluh-lantakkan perasaan mereka yang mengalaminya. Maka mereka itu akan mereka-reka potongan-potongan gambar kehidupan menjadi cerita yang diinginkannya hatinya.
Terbersitlah suara dengan panjang gelombang lamda1 yang menimbulkan perasaan cinta dan lamda2 yang menimbulkan perasaan murka. Interaksi nada dan irama masing-masing lamda dilakukan dengan pitch control yang sangat prima oleh seorang aktor berbakat alam sehingga menghasilkan warna bunyi yang sexy abiis dan penuh ornamen watak. Keindahan tafsir aktor yang sangat melek-nada ini benar-benar menghasilkan nada yang sebenar-benarnya nada (gracias!). Hidup serasa hampa tanpa kehadirannya, dan kehidupan serasa tak bermakna tanpa dirinya, my heart yang sweet hart membuat sweat my heart.
Inilah sebenar-benarnya hidup dimana kebetulan telah sama dengan kebenaran yang dimanipulasi secara gramatikal. Jika kita memilih secara benar, maka itulah sesuatu yang betul. Padanan kata betul dengan benar adalah tafsir leksikal antara true, truth dan right. Untuk seluruh dimensi yang telah menjadi my heart, maka tidak penting lagi perbedaan di antaranya. My heart telah menyamakan semuanya sebagai sesuatu yang pas dengan suasana hati saat ini. Tak peduli apakah my heart telah menjadi sweet heart ataupun sweat my heart.
Inilah konteks budaya populer Indonesia hari ini: seorang murid SD yang telah mengenal dan menduakan cinta sehingga bingung harus memilih satu di antara dua wanita. Di antara latar belakang lagu aku ini pencinta wanita, seorang murid SD menyatakan keinginannya untuk menjadikan si dia sebagai pacarnya. Ancuur, bagaimana nih, koq KPI diam saja melihat sinetron seperti ini di ruang publik. Sementara sebagai orang tua yang membimbing anak-anak pada saat nonton televisi, sungguh perasaanku terharu biru ketika kulihat anakku yang belum berumur 8 tahun tersenyum malu-malu melihat percintaan anak monyet versi my heart yang membuat sweat my heart.
Koq tega bener sih stasiun SCTV menayangkan acara yang berdampak moral sangat besar terhadap tunas bangsa. Kalau korbanya acara smack down adalah mati dengan kepala bengkak, maka calon korbannya my heart memang tidak akan mati tapi hanya perutnya yang bengkak seperti padi membunting.

Monday, April 23, 2007

Thread Ligthly

Thread lightly begitu ringan melompat-lompat dalam irama jazz, yang begitu kentara memberikan ruang untuk improvisasi dan kesempatan untuk merefleksikan kepiawaian ancamannya. Begitulah ancaman dalam kehidupan terwujud dengan nyata dan terkadang lembut seperti air Bengawan Solo menggenangi desa dan bantaran sepanjang bengawan menuju muara. Semakin dekat dengan muara, semakin besar ancaman genangan itu karena berkolaborasi dengan pasang air laut yang bersifat siklus bulanan. Lalu kita terhenyak dan terbenam dalam lumpur, dimana analogi bernafas dalam lumpur adalah sarkasme bercampur personifikasi yang meniskalakan hidup normal sebagai suatu kemewahan.

Demikianlah perjalanan hidup suatu ketika. Suatu ketika kita menyadari thread lightly adalah sifat alamiah kehidupan manusia. Kita hidup di negeri bencana dimana satu bencana akan memicu bencana berikutnya. Demikian pula jika kita salah memasuki babak sandiwara kehidupan, dimana ketika babak pertama harus berganti dengan babak belur. Kesalahan (kalau memang bisa disebut kesalahan), akan membawa pada jalur kesalahan berikutnya. Demikianlah masalah berteman dengan masalah dalam peternakan masalah kita.

Lalu ketika kita memutuskan sesuatu yang akan kita jalani, dan ternyata rencana strategis itu hanyalah rencana yang dibangun seperti piramida kertas, dimana kesalahan dalam salah satu pasal di dalam lembar kertas itu bisa menyebabkan bisa dalam arti yang mematikan, dan perlahan-lahan kita menyadari dan melihat lembar demi lembar kertas dalam piramida kehidupan kita bertebaran jatuh berserakan. Ketika musim gugur tiba, autumn leaves adalah sumber inspirasi yang mencerahkan, dan terbukti banyak seniman yang tercerahkan dengan penasbihan karya-karya monumental tentang hikayat daun-daun berguguran.
Tetapi ketika sebagian jiwamu terikat erat dalam lembaran di atas piramida kertas, tatkala salah satu susunan kertasmu keliru kau tuliskan, maka kertas-kertas yang berguguran adalah nyeri dada bak serangan jantung koroner menanti lembar-lembar terakhirmu rontok ke lantai, seiring dengan nyeri yang semakin tajam menarik tali jiwamu dari raga yang penuh penyesalan. Tak ada keindahan dan pencerahan di sana. Yang bisa didapatkan hanyalah kesakitan dan pembelajaran. No pain no gain. Terlalu banyak kesakitan yang diderita memerlukan counterpain untuk meringankan penderitaan, meluruskan dan menata kembali otot-otot yang kusut menjadikan hidup normal kembali.

Counterpain bukanlah melulu salep yang dioles kebagian yang sakit. Counterpain ini adalah keberanian jiwa dan akal pikiran untuk melakukan langkah pengorbanan demi menggapai kemenangan akhir. Mengorbankan kenikmatan hidup demi pencapaian sesuatu yang lebih hidup adalah philosofi hidup yang sebenar-benarnya: ”Memang hidup ini susah, tetapi lebih susah lagi kalau tidak bisa hidup!” kataku sambil bersiul di dalam kabut misteri kehidupan.
Lihatlah dalam sinar bulan di malam dingin yang mencekam, kita akan menemukan jalan di balik kelap-kelip cahaya aurora di ujung sana. Waktunya tidak akan lama, sebentar lagi tibalah saatnya memanggul pelangi di atas pundak, dan membawakan semburat warna-warni keceriaan di dunia yang semakin muram. Hai, lagi-lagi hukum thermodinamika mewujudkan kebenarannya dalam teori panah waktu, entropi semakin meningkat secara spontan dengan bertambahnya waktu. Setidaknya, inilah sebagian retorika dibalik logika. Di balik entropi tersimpan wacana Tuhan akan kehidupan setelah kehidupan.

Teori Domino dalam Organisasi

Dalam setiap permainan, selalu ada yang menang dan yang kalah. Dalam realitas, hanya ada satu tempat yang terbaik bagi si pemenang dan si kalah harus rela duduk di bangku permainan, tanpa menjadi siapa-siapa.

Hidup ini adalah sebuah permainan, dan melalui permainan kita dapat meningkatkan pemahaman kita tentang hidup dan kehidupan, termasuk berorganisasi. Manusia adalah Homo ludens, makhluk yang bermain, dan sudah banyak teori tentang permainan yang berkembang di dalam masyarakat, tetapi yang paling universal dan tua mungkin adalah sebuah permainan yang disebut domino.
Teori domino yang saya kemukakan disini bukanlah teori domino neo-klasik tentang kekhawatiran Amerika akan bahaya merah seiiring dengan rontoknya Vietnam Selatan yang seakan-akan mengecat Asia Tenggara menjadi area merah dalam peta dunia di gedung putih.

Teori domino yang saya kemukakan adalah teori domino klasik yang merupakan suatu analogi proses pembinaan modal insani (human capital) dalam konteks organisasi mencapai visi dan misinya sesuai dengan yang diamanatkan dalam anggaran dasar setiap organisasi.

Siapa orang yang tidak kenal permainan domino? Rasanya boleh dikatakan hampir setiap orang mengenal permainan dengan kartu yang bertotol-totol merah itu. Aturan permainannya pun sangat sederhana, yaitu jika suatu kelompok 4 orang memainkan 7 kartu, maka siapa yang paling dahulu menurunkan atau menghabiskan kartunya maka dia menjadi juara.

Dalam setiap permainan, selalu ada yang menang dan yang kalah. Dalam realitas, hanya ada satu tempat yang terbaik bagi si pemenang dan si kalah harus rela duduk di bangku permainan, tanpa menjadi siapa-siapa. Wajar bila pecundang mendapat hukuman, dan jaman ketika saya masih kecil dahulu biasanya yang kalah akan diberi gantungan ‘batu betere’ di telinganya. Dalam versi yang sedikit berbeda, mungkin hukuman itu diberikan dengan hiasan berupa ‘jepitan jemuran’ di telinga. Semakin sering anda kalah dalam permainan ini, semakin banyak batu batere atau jepitan jemuran yang menghiasi telinga anda.

Bila anda berada dalam situasi yang kalah, maka permainan anda akan tertekan karena adanya suatu keinginan untuk segera memenangkan permainan supaya beban jepitan segera dilepaskan. Semakin tertekan permainan anda, semakin rusak penampilan anda, dan akhirnya sebuah jepitan baru bertambah lagi di telinga anda.

Jika jepitan itu sudah sedemikian indahnya sehingga membentuk bunga di kedua telinga anda, maka anda harus siap ditertawakan oleh para pemain lainnya. Mereka akan semakin keras tertawa untuk merusak permainan anda, sehingga anda semakin kalah dan mereka tetap rileks sebagai pemenang. Karena jepitan yang semakin menekan, anda mungkin mulai menginginkan keajaiban untuk memenangkan pertandingan dengan membuat angka ganda (double strike), sehingga angka awal permainan sama dengan angka terakhir yang anda turunkan, dan semua jepitan akan lepas dari telinga anda.

Godaan untuk memenangkan pertandingan dengan double strike semakin menjadi obsesi, dan kadang kala anda mulai menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Jalan pintas berupa berbagai bentuk kecurangan mungkin mulai dipraktekkan, entah dengan menukar kartu secara diam-diam atau melakukan tindakan ilegal lainnya.

Akhirnya setelah semua usaha gagal dilakukan, permainan terpaksa dihentikan karena sudah tidak ada lagi tempat yang tersisa di kedua telinga untuk menerima jepitan jemuran itu lagi. Telinga sudah merah, dan anda kalah. Anda harus keluar dari permainan. Karir anda sebagai seorang pemain telah tamat.

Dalam dunia bisnis, permainan yang serupa terjadi di dalam setiap organisasi. Setiap orang, baik pimpinan maupun bawahannya akan memainkan permainannya, dan setiap orang ingin memenangkannya. Namun malangnya, tidak setiap orang dapat menjadi pemenang, dan orang yang paling baik komposisi kartunya (biasanya berkorelasi positif dengan wewenang struktural) cenderung akan memenangkan pertandingan, dengan mendikte permainan sesuai yang diinginkannya.

Komposisi kartu yang baik tidak mutlak akan memenangkan permainan. Kartu yang jelek juga tidak mutlak akan selalu kalah. Bagaimana mengetahui kelemahan diri dan kekuatan diri sendiri, akan menjadi modal untuk mengadu kartu yang dimiliki. Bila sudah jelas kuat dilawan dengan kuat, dan kita tahu bahwa kita tidak cukup kuat untuk mengatasinya, bermain pintar mungkin merupakan alternatif solusinya. Kalah diawal, seimbang ditengah, dan menang diakhir bisa dilakukan jika anda cukup pandai bermain dan membaca situasi.

Bila seorang bawahan anda terpaksa kalah dalam permainan yang anda ciptakan, ia akan tertekan dan berusaha segera membayar kekalahannya. Dalam situasi depresi, kemampuan bawahan akan semakin menurun dan hasilnya semakin mengecewakan.

Dalam permainan domino, si kalah akan ditertawakan. Dalam organisasi, si kalah akan dilecehkan. Dunia bisnis adalah pulau-pulau dengan samudera raya yang luas dan ganas, dan di lautan itu semua orang adalah hiu yang berenang dengan sekelompok hiu lain. Jika anda normal, semua hiu adalah teman, tetapi jika anda kalah dan mulai berdarah, semua yang mengatakan dirinya teman anda justru akan berusaha mencabik-cabik dan memangsa anda. Inilah kenyataan hidup hiu di samudra raya dunia bisnis.

Terkaman dari sesama hiu adalah metafora dari bentuk pelecehan dan penghinaan yang tercipta di dalam organisasi. Hiu yang luka akan berjuang supaya jangan mati dengan semangat yang sangat mengagumkan. Karyawan yang terluka dan merasa dikalahkan akan mengambil jalan pintas untuk mengatasi masalahnya. Ia akan berusaha menyelesaikan permainannya dengan double strike, dan dalam kehidupan nyata sangat jelas terlihat seperti pada jaman SDSB masih diperbolehkan dahulu: gali lubang tutup lubang. Semakin banyak lubang digali dan ditutup, akhirnya terperosok dalam lubang yang digalinya sendiri. Dalam metafora hiu, maka hiu itu akan mati tercabik-cabik secara mengerikan oleh sesama hiu dalam tatanan organisasi hiu tersebut. Sejumlah bakat yang mungkin sangat mengagumkan telah lenyap karena sistemnya tidak dapat menerimanya.
Perusahaan sebagai organisasi yang sarat dengan permainan tidak akan lepas dari ‘politik kantoran’ (office politic) dan intrik. Setiap orang yang masuk ke dalam pusat kekuasaan, cenderung tergoda untuk memuaskan dirinya untuk selalu menjadi pemenang dan mendiktekan keinginannya dalam setiap permainan. Dalam realita di lautan organisasi, politik kantoran adalah tingkatan lebih tinggi dari metafora hiu, karena politik kantoran telah menciptakan suatu mekanisme sistem yang mengatur hiu mana yang harus dilukai, dan hiu mana yang harus dipelihara keberadaannya karena memang termasuk hiu jinak yang tidak akan membahayakan sistemnya, demi melanggengkan suatu cara untuk tetap berkuasa.
Management by conflict yang sering dijumpai dalam organisasi yang terlanjur besar, adalah proses penciptaan makhluk meta-virtual yang mungkin lebih ganas dari pada hiu dan suatu saat akan berubah ujud menjadi suatu kekuatan yang akan menerkam sang kreator bila mereka melihat pusat kekuasaannya sudah mulai melemah karena proses penuaan organisasi ataupun di intervensi oleh kekuatan lain yang lebih besar dari luar perusahaan. Melalui permainan domino, permainan dapat dinikmati oleh semua orang, apabila seorang pimpinan tidak selalu harus menang dalam setiap sesi, walaupun secara struktural ia mampu mendikte permainan.
Pemimpin yang baik, secara arif dan bijak, akan membuat permainan berjalan secara adil. Ia tidak akan mencemooh si kalah tetapi membesarkan hatinya, sehingga beban yang ditanggung akan berkurang dan masih mengharapkannya memenangkan sesi selanjutnya. Dengan permainan yang adil dan seimbang, tidak akan ada karyawan yang berusaha mengambil jalan pintas untuk melakukan penghalalan segala cara demi memenangkan permainan. Pemimpin yang baik akan bersedia menerima hukuman apabila ia terbukti salah dan kalah dalam permainan yang aturannya telah ia gariskan sendiri.
Apakah seorang pemimpin yang baik, dalam suatu permainan di lautan organisasi, akan membiarkan sesama awak perahunya saling mencabik demi kemenangan departemennya masing-masing, sementara haluan kapal itu entah mengarah kemana? Dan apakah seorang pemimpin akan mendapat respek dari bawahannya apabila ia terbukti berbuat salah dalam keputusannya, tetapi ia tetap ngotot untuk menjalankannya? Atau adilkah seorang pemimpin yang menggantung suatu keputusan sehingga permainan tertunda dan membiarkan para pemain lain menunggu dengan telinga penuh jepitan? Bermain domino dalam waktu senggang tidak memperdulikan harus menang atau kalah, tetapi bermain domino dalam organisasi adalah suatu kearifan dan seni yang membutuhkan jiwa besar, baik bagi yang sedang menang maupun yang sedang kalah.

Friday, April 20, 2007

Adakah yang Akan Mendoakan Kita?

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Disaat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, "kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!
Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ... " kata si Pengusaha ini dengan yakinnya.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."
Dengan lembut si Malaikat berkata, "anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka."
Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."
Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tau kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tau dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tau dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.
Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi Pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!
Dengan setengah bergumam dia bertanya, "apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku, teman kuliahku tidak ada yang berdoa buatku?"
Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi merekatidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.
Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."
Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
Bukankah itu Panti Asuhan? kata si pengusaha pelan.
Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tau tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.
Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.

Thursday, April 19, 2007

Pembantai Virginia Tech. University

Cho Seung-Hui adalah seorang mahasiswa jurusan bahasa Virginia Tech. berusia 23 tahun yang pendiam dan pindah mengikuti orang tuanya dari Korea Selatan ke Amerika Serikat pada usia 8 tahun. Masa muda anak imigran yang orang tuanya bekerja sebagai tukang cuci di pinggiran Washington ini memberikan pemahaman dan deraan sebagai orang kebanyakan yang berkutat dengan dasar piramida masyarakat AS. Sesuatu yang dirasa kurang dalam dirinya membuatnya kalap dan ingin menghancurkan mereka yang dirasanya tidak adil karena lebih menikmati hidupnya.

Semakin lama pikirannya semakin liar dan tak terkendali menghadapi ketidakadilan hidup, dan menganggap dunia tidak berpihak kepada dirinya. “Kalian telah merusak hatiku, memperkosa jiwa dan menghancurkan keyakinanku. Kalian pikir aku hanyalah seorang anak lelaki yang lelah menjalani kehidupan yang kalian umbar. Terima kasihku untuk kalian semua, aku mati seperti Yesus Kristus, yang memberi inspirasi kepada orang-orang yang lemah dan tak berdaya,” ujar Cho di depan kamera sambil menunduk membaca manifestonya yang dikirim melalui pos ke NBC satu jam sebelum melakukan pembantaian pertama di asrama mahasiswa.

“Aku tidak ingin melakukan ini. Aku bisa pergi. Aku bisa kabur,” ujarnya. “Tapi tidak, aku tak akan menghindar lagi. Ini bukan untukku. Ini untuk anak-anakku, untuk saudara-saudaraku. …. Aku lakukan ini untuk mereka.”

Apakah gerangan yang dihindarinya? Apakah ini tangisan terakhir, jeritan minta pertolongan, atau pertunjukkan terakhir kebencian yang menggumpal? Apa yang ada di dalam batok kepala Cho sehingga dia berpikir dan membandingkan dirinya dengan Yesus? Apa yang dipikirkan dalam benaknya ketika dia menatap kamera dan meninggalkan pesan terakhirnya kepada dunia?

Remaja kesepian yang dijuluki “si tanda tanya” oleh teman-teman sekelasnya karena lebih banyak bertanya dari pada menjawab – terutama pertanyaan mengenai pembunuh, orang yang kesepian, dan delusi sebagai martir.

“Kalian memiliki ratusan juta kesempatan dan jalan untuk menghindari apa yang terjadi hari ini,” ujarnya. “Tapi kalian telah memutuskan untuk menumpahkan darahku. Kalian menyudutkanku dan hanya memberiku satu pilihan. Keputusan ini adalah pilihan kalian. Sekarang tangan kalian berlumuran darah yang tidak akan bisa tercuci selamanya.” Target kebencian Cho adalah mahasiswa Virginia Tech, dimana dia telah menembak secara membabi buta dan membantai 32 orang, sebelum membunuh dirinya sendiri pada hari Senin yang lalu (16 April 2007).

Kecemburuan sosial yang telah menjadi kecemburuan patologis itu dipicu oleh ketidakadilan yang dipendamnya. “Mercedesmu tidak cukup, kalian tidak bersyukur. Kalung emasmu tidak cukup, kalian snob. Dana perwalianmu tidak cukup. Vodka dan cognac-mu tidak cukup. Semua kenikmatan hidup kalian yang berlebihan itu juga masih belum cukup. Semua itu tidak cukup untuk memuaskan nafsu hedonistik kalian. Kalian menginginkan semuanya.” Sementara Cho, nampaknya tidak memiliki apa-apa. Dia tidak memiliki teman, tidak memiliki kehidupan kampus yang normal, dan tidak memiliki tujuan hidup.

Sungguh banyak orang-orang pinggiran yang labil dalam kehidupannya. Tanpa pegangan yang kuat, selalu ada potensi besar bagi mereka untuk tergelincir dan merubah kecemburuan sosialnya menjadi kecemburuan patologis. Ditambah dengan budaya senjata di AS yang masih terobsesi jaman koboi wild wild west, maka sempurnalah akses untuk meledakkan kecemburuan patologis tersebut menjadi aksi penembakan masal seperti pembantai Virginia Tech. Cho adalah satu dari sekian orang yang memiliki motif internal dan mengakumulasikannya dalam kegamangan hidupnya. Dan ketika dia telah melewati titik keseimbangannya, dia merasakan jiwanya tak bermakna dan tak ada lagi tujuan hidupnya. Dia ingin mati, dan ingin kematiannya menyeimbangkan apa yang dianggapnya tidak seimbang. Dia lalu terbangun pada senin pagi (16 April 2007), mengemasi senjatanya, mengisi semua amunisi, mengirimkan foto, video dan pesan terakhir lewat pos, pergi ke asrama mahasiswa dan membunuh dua orang. Satu jam kemudian, dia masuk ke ruang kuliah dan secara acak membunuh 30 orang, sebelum kemudian menembak dirinya sendiri. Cerita ini bagi Cho telah selesai dan NBC kemudian menyiarkan manifestonya. Pesan yang diinginkannya juga telah tersebar. Sekarang terpulang bagaimana kita sebagai masyarakat menyikapi hal ini: Apakah keamanan masyarakat harus diatur secara eksternal (dengan pembatasan senjata api), atau secara internal (memberikan keteduhan melalui nilai-nilai pegangan hidup sehingga membuat hidup menjadi bermakna)?

Mudah bagi kita sebagai pengamat untuk berkata-kata, karena kita tidak memiliki keterikatan emosional dengan peristiwa yang terjadi. Bagaimana dengan keluarga korban, seperti Sugiyarti (56) ibu dari Partahi Mamora Halomoan Lombantoruan (Mora) yang meninggal. “Anakku cuma sekolah, mengapa ditembak?” Matanya sembab karena terlalu banyak meneteskan air mata. Pandangan matanya menerawang, dan seusai membisikkan nama anaknya, tangis kembali tak terbendung dan air matanya jatuh berderai.

Mora adalah korban yang berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Dan kesalahan demi kesalahan itu adalah dimensi takdir yang ditentukan oleh Tuhan yang Maha Kuasa untuk menyeimbangkan piramida dasar dan piramida ubun-ubun dalam masyarakat manusia. Kalau tidak ada keseimbangan homestasis di alam, apakah yang akan terjadi dengan peradaban manusia? Apa yang akan terjadi bila tidak ada perang dan kelaparan sehingga manusia semakin beranak-pinak sehingga daya dukung lingkungan semakin menurun, kualitas hidup menurun, dan manusia akhirnya menjadi srigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus). Perang dan kelaparan adalah mekanisme besar yang diciptakan Tuhan untuk keseimbangan. Pembantaian Virginia Tech. adalah pesan untuk masyarakat AS khususnya, dan dunia umumnya, bahwa jiwa yang tercabik-cabik akan menggoyangkan keseimbangan-keseimbangan kecil untuk memperbaiki kualitas hidup manusia di masa depan. Jika jiwa yang koyak itu bersemi di dalam raga seorang yang berkuasa, maka Hitler kedua akan memporakporandakan peradaban manusia dengan pembantaian yang jauh lebih besar dan dahsyat dari pembantaian Virginia Tech.

Marilah kita kembali kepada alam spritual kehidupan kita, apapun dasar kepercayaan dan agama yang kita yakini. Inilah katup pengaman yang memberikan kepastian dalam manajemen resiko di dunia yang serba tak pasti ini. Percaya dan mempercayai adalah dua subyek yang memiliki pemahaman berbeda. Orang yang percaya adalah orang yang yakin bahwa bila buah apel dilempar ke atas maka dia akan jatuh ke bawah karena gaya gravitasi bumi. Orang yang menonton seorang ahli akrobat berjalan di atas tambang terbentang antara lantai 60 menara kembar Petronas di Kuala Lumpur, percaya bahwa dia bisa berjalan di atas tambang tersebut setelah melihatnya berjalan dari menara pertama mencapai ujung tambang di menara kedua, sebagaimana mereka percaya hukum gravitasi.

Kemudian ketika si ahli akrobat menawarkan siapa penonton yang mau naik dipunggungnya untuk kembali berjalan di atas tambang dari menara kedua menuju menara pertama, maka orang-orang tidak ada yang mau, kecuali seorang anak kecil berumur lima tahun. Anak kecil itu naik ke punggung si ahli akrobat, dan mereka berdua berjalan di atas tambang sampai kembali dengan selamat di menara pertama. Ketika anak kecil itu ditanya, mengapa dia berani naik ke punggung ahli akrobat itu, dia menjawab: ”Saya mempercayai si ahli akrobat ini, karena dia adalah ayahku. Aku meyakini bahwa sebagai ayah yang baik, dia tidak akan melibatkanku dalam suatu situasi yang akan mencelakakan aku.” Anak kecil itu telah sampai pada tahapan mempercayai, sementara para penonton lainnya hanya percaya. Inilah fenomena percaya secara kognitif (pengetahuan), tetapi belum mempercayai secara psikomotorik (ketrampilan) dan afektif (perilaku).

Wednesday, April 18, 2007

Dasar-Dasar Islam

Kultum Buka Puasa Tanggal 5 November 2004 di Mesjid Uniland Medan

Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah rabbil alamin. Washalatu wassalamu ala asyrafil mursalin muhammadin wa ala aaliihi wa shahbihi ajmain. Amma ba’ du.

Alhamdulillah pada kesempatan ini saya dapat bertemu muka dengan bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang dirahmati dan dimuliakan Allah. Harapan saya semoga pertemuan ini membawa manfa’at bagi kita semua. Amien.

Kaum muslimin yang berbahagia, fadzakir inna faati dzikra, sampaikan walaupun hanya satu ayat. Dalam pemahaman dan pencarian makna islam yang tak kunjung selesai, saya memberanikan diri ini untuk berbagi pemahaman ini dengan bapak, ibu, saudara sekalian.

Setiap orang beriman yang menyatakan dirinya Islam tentunya harus memenuhi kriteria yang menyatakan keislamannya. Apa yang menyebabkan seseorang layak menyebut dirinya muslim? Apakah bila kita dilahirkan oleh orang tua yang muslim, apakah secara otomatis kita merupakan orang islam?

Suatu keyakinan adalah suatu proses perenungan yang mendalam untuk kemudian meyakininya sebagai suatu kebenaran. Kemampuan seseorang untuk memahami dan meyakini sesuatu sangat tergantung kepada bagaimana cara orang tersebut terhubung dengan sesuatu tersebut. Jika kita bisa membuat jalan yang lapang dan lancar terhadap sesuatu itu, maka informasi apa yang akan kita simpan di dalam otak atau kita buang akan sangat tergantung pada keinginan kita. Tidak ada orang yang bisa memaksakan informasi tertentu yang harus kita ingat dan informasi tertentu yang harus kita lupakan.

Seseorang yang dibesarkan dalam kondisi keluarga yang islami, cenderung untuk menjadi muslim. Tetapi tidak setiap muslim secara serta merta merupakan mukmin. Adanya istilah ”islam KTP” merupakan fenomena yang dapat kita lihat di dalam keseharian kita.

Pengetahuan yang dihimpun dalam domain kognitif (menurut taksonomi Bloom) saja tidak cukup. Peng-alam-an adalah merubah yang kognitif secara terus-menerus menjadi suatu kebiasaan (psikomotorik) sehingga setelah rutin dilaksanakan akan (menjadi) mendarah-daging, sehingga menjadi suatu perubahan sikap yang permanen (afektif).

Kaum muslimin yang berbahagia, seperti seorang yang mepelajari agama (Islam), secara kognitif dia tahu rukun Islam (misalnya sholat 5 waktu), tetapi apabila dia tidak membiasakan dirinya untuk sholat secara rutin, maka perintah untuk mendirikan sholat itu hanya sebatas pengetahuannya saja. Tipe orang seperti ini dapat berdebat soal rukun sholat dengan hebat, dan dia menguasainya. Akan tetapi bila dia disuruh melaksanakan sholat, maka mungkin saja (karena jarang dilakukannya) dia lupa harus membaca surat apa, harus sujud berapa kali, dan seterusnya dan sebagainya.

Seseorang yang tahu aturan sholat dan menjalankannya secara rutin (tanpa ketinggalan), diyakini, bahwa dia pasti bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan baik dan benar. Dan lebih jauh lagi, bila seseorang yang sudah terbiasa sholat secara teratur dan lengkap, apabila waktu sholat telah tiba dia akan merasa resah dan gelisah bila belum menunaikan kewajibannya, walaupun mungkin saat itu sedang mengikuti rapat kerja dengan atasannya (yang misalnya berbeda agama/keyakinannya).

Dalam bulan Ramadhan ini, saya ingin berbagi pemahaman tentang konsep puasa dalam Islam sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 183:

"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."
(QS Al-Baqarah: 183).
Apakah orang yang berpuasa dalam bulan Ramadhan ini, secara otomatis sudah merupakan orang yang beriman?
Kaum muslimin yang berbahagia, seseorang baru dapat dikatakan muslim kalau sudah menegakkan rukun islam, yaitu beriman dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, melakukan puasa, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.

Rukun islam dapat dianalogikan sebagai sebuah rumah, dimana mengucapkan dua kalimat syahadat adalah pondasinya. Tanpa adanya pondasi, tidak akan ada rumah. Tanpa mengikrarkan keyakinan pada pengucapan dua kalimat syahadat, seseorang tidak dapat dikatakan islam.
Sholat itu adalah tiang agama. Mendirikan sholat dapat disamakan dengan mendirikan tiang rumah. Pondasi tanpa tiang tidak dapat dikatakan rumah. Mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi tidak pernah sholat bukanlah orang islam. Dapatkan pondasi rumah saja dikatakan rumah?

Puasa adalah mesin cuci raksasa yang digunakan untuk mencuci dosa dan kesalahan kita selama 11 bulan dalam waktu 1 bulan penuh. Puasa adalah periode masuk camp pelatihan untuk mempersiapkan diri kita menghadapi tahun yang akan datang. Setelah menjalankan puasa dengan benar, kita akan kembali pada kondisi fitrah. Puasa adalah dinding rumah yang melindungi kita dari debu dan kotoran yang ada di sekitar kita. Rumah yang tidak berdinding apakah layak disebut rumah? Orang yang berpuasa tetapi tidak mendirikan sholat adalah seperti memasang dinding tanpa tiang. Dimana dinding tersebut harus menempel supaya bisa dikatakan dinding? Bagaimanakah dengan perilaku orang yang tidak sholat karena merasa lelah berpuasa?

Membayar zakat adalah mensucikan penghasilan kita dari hak-hak orang lain yang membutuhkannya, sekaligus sebagai mekanisme keadilan sosial bagi umat. Zakat adalah atap yang melindungi rumah kita dari hujan. Zakat berfungsi untuk mensucikan harta kita dari kotoran-kotoran kehidupan ini.

Menunaikan ibadah haji adalah taman yang menghiasi pekarangan rumah kita. Rumah yang kokoh dan taman yang indah adalah tanda kesempurnaan suatu tempat hunian. Apa yang dikatakan orang kalau rumah kita tiangnya tidak lengkap, atapnya bocor, dindingnya compang-camping, tetapi tamannya bagus dan indah? Apakah ini rumah yang sempurna?

Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan semoga ada manfaatnya. Kalau ada kebenaran di dalamnya, ini semuanya datang dari Allah, dan kalau ada kesalahan-kesalahan di dalamnya, ini adalah kelemahan saya sebagai manusia yang dhaif.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Multi Purpose Spoon

A timeless lesson on how consultants can make a difference for an organization...

Last week, we took some friends out to a new restaurant, and noticed that the waiter who took our order carried a spoon in his shirt pocket. It seemed a little strange, but I ignored it. However, when the busboy brought out water and utensils, I noticed he also had a spoon in his shirt pocket, then looked around the room and saw that all the staff had spoons in their pockets.
When the waiter came back to serve our soup I asked, "Why the spoon?"
"Well," he explained, "the restaurant's owners! hired Andersen Consulting, experts in efficiency, in order to revamp all our processes. After several months of statistical analysis, they concluded that customers drop their spoons 73.84 percent more often than any other utensil. This represents a drop frequency of approximately 3 spoons per table per hour. If our personnel is prepared to deal with that contingency, we can reduce the number of trips back to the kitchen and save 15 man-hours per shift."
As luck would have it I dropped my spoon and he was able to replace it with his spare spoon. "I'll get another spoon next time I go to the kitchen instead of making an extra trip to get it right now." I was rather impressed.
The waiter served our main course and I continued to look around. I then noticed that there was a very thin string hanging out of the waiter's fly.
Looking around, I noticed that all the waiters had the same string hanging from their flies. My curiosity got the better of me and before he walked off, I asked the waiter, "Excuse me, but can you tell me why you have that string right there?" "Oh, certainly!" he answered, lowering his voice.
"Not everyone is as observant as you. That consulting firm I mentioned also found out that we can save time in the restroom." "How so?"
"See," he continued, "by tying this string to the head of you know what, we can pull it out over the urinal without touching it and that way eliminate the need to wash the hands, shortening the time spent in the restroom by 76.39 percent."
"Okay, that makes sense, but . . . if the string helps you get it out, how do you put it back in?"
"Well," he whispered, lowering his voice even further, "I don't know about the others, but I use the spoon."

Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling

Oleh Taufiq Ismail

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat di setiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan di punggung kita dicap sablon besar-besar Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi-kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luarbiasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.

Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.

Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah. Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.

Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah? Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation), tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana ke mari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti dinding keraton, tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini, cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum? Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan? Percuma Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya? Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan. Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah, kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit- langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap. Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai. Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya. Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. "Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka. "Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam. Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kencang lagi. Mereka menangkapku. "Ambil bensin!" teriak seseorang. "Bakar Rayap," teriak mereka bersama. Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku. Seseorang memantik korek api. Aku dibakar. Bau kawanan rayap hangus. Membubung ke udara.

*****
Taufiq Ismail lahir di Bukit Tinggi, 25 Juni 1935, dibesarkan di Pekalongan, Semarang dan Yogyakarta.

Salah seorang pendiri majalah sastra Horison (1966), redaktur senior sampai kini. Alumnus IPB (Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan), 1963. Penyair tamu di University of Iowa, Iowa City (1971-1972 dan 1991-1992). Kuliah di American University in Cairo, 1990, terhenti karena Perang Teluk. Penulis tamu di Dewan Bahasa & Pustaka, Kuala Lumpur, 1994. Menulis dan menghimpun antologi 15 judul buku, a.1. kumpulan puisi Tirani dan Benteng, dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.

Cinta


Dari buku Anugerah Terindah Untuk Ananda oleh Steven Vanoy diterbitkan oleh Kaifa:

Dahulu kala, dua bersaudara bersama memiliki sebuah ladang gandum dan sebuah penggilinggan. Setelah bersama-sama bekerja keras setiap hari, mereka membagi rata gandum yang mereka hasilkan.


Suatu hari, sang kakak, yang tidak berkeluarga berpikir,"Ini tidak adil! Saya tidak menanggung hidup siapapun, sedangkan adik saya mempunyai keluarga besar yang harus diberi makan." Jadi setiap malam, setelah hari gelap, dia membawa sebagian gandumnya ke tempat penyimpanan gandum adiknya - dan tidak ada seorangpun yang tahu.


Tidak lama setelah itu, sang adik berkata pada dirinya sendiri ,"Ini tidak adil! Kakak saya tidak mempunyai siapa-siapa, sedangkan saya mempunyai anak laki-laki yang akan tumbuh dewasa dan merawat saya kelak." Jadi setiap malam setelah gelap, dia mengambil sebagian dari gandumnya dan membawanya ke tempat penyimpanan gandum kakaknya - dan tidak seorangpun yang tahu.


Namun, suatu hari mereka secara tidak sengaja bertemu di jalan dan mengetahui apa yang telah dilakukan masing-masing. Mereka menangis bahagia karena kedalaman cinta mereka dan pengabdian bagi satu sama lain.

*****

Berapa orang dari kita yang sering membaca di koran atau melihat di televisi bahwa manusia dan saudara yang saling benci dan tega membunuh demi harta. Mereka adalah kakak beradik yang tega menjadi katak beradik, dan hidup dalam tempurung kesadisan dominansi otak kiri. General anxiety disorder yang datang itu seperti seorang kampung yang mendengar cerita temannya bahwa di kota itu makannya enak pakai garpu, maka ketika dia turne ke kota, langsung saja memesan (mengorder) makanan di restoran mewah : "Bang, pesan garpu 3, cepetin ya ...!" Oh my goodness ....

Long Leave


Please read this before you ask for leave or permission or Long leave.

So you want a day off. Let's take a look at what you are asking for:

There are 365 days per year available for work. There are 52 weeks per year in which you already have 2 days off per week, leaving 261 days available for work. Since you spend 16 hours each day away from work, you have used up 170 days, leaving only 91 days available.

You spend 30 minutes each day on coffee break, which counts for 23 days each year, leaving only 68 days available. With a 1 hour lunch each day, you used up another 46 days, leaving only 22 days available for work.

You normally spend 2 days per year on sick leave. This leaves you only 20 days per year available for work. We are off 5 holidays per year, so your available working time is down to 15 days. We generously give 14 days vacation per year, which leaves only 1 day available for work and I'll be darned if you are going to take that day off!


FUNNY THOUGHTS:


"Marriage is neither heaven nor hell; it is simply purgatory."
-Abraham Lincoln

I think men who have a pierced ear are better prepared for marriage. They've experienced pain and bought jewelry.
-Rita Rudner

Tuesday, April 17, 2007

Pantun Ria

Buah kedondong
Buah atep
Dulu bencong sekarang tetepp ..............


Buah apel di air payau

Nggak level layauuuuuuu.....


Pohon kelapa, Pohon durian,

Pohon Cemara, Pohon Palem
Pohonnya tinggi-tinggi Bo!


Buah Nanas, Buah bengkoang

Buah jambu, Buah kedondong
Ngerujak dooooooooonggggggg...


Ada padi, Ada jagung

Ada singkong, Ada pepaya
Panen ni yeeeeeeeeeeeee!



Di sini bingung, Di sana linglung

mangnya enak, engga nyambung....
Jaka Sembung bawa golok
kagak nyambung emang goblok


Sayur sop, Sayur kacang

Meking lop yok yang


Kura-kura dalam perahu

Iseng banget tuch kuya...

Jalan kaki ke pasar baru

Jauh boooooooooooo....


Jambu merah di dinding

Jangan marah just kidding


Jauh di mata, dekat di hati

Jauh di hati, dekat di mata
Jauh-dekat tujuh ratus perak


Nemu gesper, di pinggir jalan

Kalo laper, makan tu gesper


Men sana in corpore sano?
Gue maen ke sana, Elo maen ke sono!
Hahaha....palelo ijo


Di sana gunung, di sini gunung,

Ditengah-tengah bunga melati
Saya bingung kamu pun bingung

Kenapa ada bunga melati ???!?


Anak ayam turun ke bumi

Induk ayam naik ke langit
Anak ayam nyari ke langit
Induk ayam nyungsep ke bumi



Mancing ikan di kolam tetangga

Manjat jambu di po'on tetangga
Sungguh enak punya tetangga
Maen-maen ke rumah tetangga yok!!!


Sayur asem sayur sop

laper nich


buah kedong-dong buah tomat

Elu bodong amat


buah tomat buah tomat

saos tomat kali


buah duren di pohon beringin

rese' banget tuch duren....


ayam kurus bulunya banyak

rugi banget yang beli.........


huehehehe dah dulu ye...

Cangkir yang Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.


Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum!" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum!"


Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.


Wanita itu berkata "belum!" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.


Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.


***


Teman, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Allah membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.


"Teman, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."


Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk Anda.


Guys, thanks for reading. Hope you are well and please do take care.

Monday, April 16, 2007

Menyelamatkan Kejayaan Industri CPO Indonesia dari 'Ujung Tanduk'

Mulai 1 Januari 2007, Organisasi Maritim Internasional (IMO) memberlakukan Marine Pollution (Marpol) 73/78 Annex II yang mewajibkan ekspor minyak sawit mentah (CPO) memakai kapal lambung ganda (double hull). Tujuannya adalah untuk mengurangi kemungkinan pencemaran laut oleh minyak dan bahan kimia. Aturan ini sudah lama diwacanakan, “tapi tak tedeteksi” seperti pernyataan Dirjen Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian Deptan pada Bisnis Indonesia 28 Desember 2006. Deptan dan pengusaha sawit baru mengetahui peraturan itu pada rapat kerja sama bilateral Malaysia-Indonesia, 1-4 Desember 2006 di Kuching, Serawak, Malaysia.
Situasi ini menyebabkan stake holder industri minyak sawit Indonesia seperti kebakaran jenggot, karena ketersediaan kapal tanker double hull hanya 40% dari jumlah armada pengangkut CPO. Selain itu biaya transportasi CPO akan naik 66,67% dari USD 27/ton (single hull) menjadi USD 45/ton (double hull). Dan akhirnya, kenaikan biaya ini harus diserap (baca: dibebankan kepada) para pengusaha dan petani sawit di sektor hulu berupa pengurangan marjin.

Terpecah-pecahnya pembinaan dan regulasi pada sistem agribisnis kelapa sawit Indonesia (SAKSI) di Deptan, Deperind, Depdag dan aspek lahan di BPN, Dephut, dan Pemda Tingkat II, dapat menyebabkan timbulnya masalah koordinasi yang berdampak pada menurunnya kejayaan industri CPO secara makro seperti kasus ekspor CPO dengan kapal lambung ganda.
Untuk menyelamatkan kejayaan industri CPO dari ‘ujung tanduk,’ dibutuhkan Dewan Komoditas seperti yang diamanahkan UU Perkebunan No. 18/2004 pasal 19 ayat 2, untuk membangun sinergi antarpelaku (subsistem) usaha agribisnis perkebunan kelapa sawit dan berfungsi sebagai wadah untuk pengembangan komoditas strategis kelapa sawit bagi seluruh stake holder-nya. Dewan Komoditas akan berkembang dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan bisnis nasional, regional dan global secara sustainable, sehingga mampu menjadi penghela ekonomi nasional yang dapat mensejahterakan para pelakunya.

Sistem Agribisnis Kelapa Sawit Indonesia (SAKSI)
Sistem agribisnis terdiri atas sub sistem kegiatan pengadaan sarana produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi primer (budidaya perkebunan), pengolahan (agroindustri hilir), dan pemasaran. Dengan kata lain, agribisnis adalah agroindustri + budidaya perkebunan + pemasaran.
Perkembangan SAKSI ditandai dengan semakin menyempitnya spesialisasi fungsional dan semakin jelasnya pembagian kerja berdasarkan fungsi-fungsi sistem agribisnis. Sebagian usaha agribisnis kelapa sawit Indonesia telah dikembangkan dengan orientasi bisnis untuk mencari keuntungan dengan konsep sistem agribisnis terpadu. Sayangnya, secara totalitas SAKSI saat ini belum merupakan organisasi yang berpengetahuan, karena beragamnya kualitas modal insani (human capital) yang menjadi pelaku dan penunjang keberadaan SAKSI dalam tiap subsistemnya, serta adanya fragmentasi dan disharmoni pada tataran proses antar subsistem SAKSI, perbedaan orientasi kepentingan pada tataran struktur, serta perbedaan orientasi rentang waktu pada tataran perilaku.

Untuk menyelamatkan kejayaan industri CPO Indonesia dari ’ujung tanduk,’ SAKSI harus dibangun menjadi organisasi yang berpengetahuan melalui mekanisme pembentukkan Dewan Komoditas. Dewan Komoditas adalah suatu unit sistem terkoordinasi pada empat subsistem agribisnis untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran yang ditentukan. Dewan Komoditas adalah wadah yang memungkinkan masyarakat kelapa sawit Indonesia dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh tiap subsistem secara sendiri-sendiri.

Belajar dari Pengalaman MPOB
Patok duga (benchmarking, yang juga dinamakan ”patok duga praktik terbaik” atau ”patok duga proses”) adalah suatu proses yang digunakan dalam manajemen (terutama manajemen strategis), dimana organisasi mengevaluasi berbagai aspek proses bisnis untuk menghasilkan praktik terbaik di dalam industri, dengan membuat perbandingan sistematik kinerja dan proses organisasi untuk menghasilkan standar baru atau penyempurnaan proses. Model patok duga bermanfaat untuk menentukan bagaimana struktur dan kinerja Dewan Komoditas akan dibandingkan dengan organisasi yang serupa di dalam industri minyak sawit internasional seperti Malaysia Palm Oil Board (MPOB). Suatu patok duga adalah titik referensi suatu pengukuran. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan rencana pengembangan untuk mengadopsi praktik-praktik terbaik tersebut. Patok duga mungkin merupakan proses sekali-jadi, tetapi biasanya diperlakukan sebagai proses berkesinambungan dimana organisasi secara terus menerus menyempurnakan praktik-praktiknya.
Patok duga bisnis berhubungan dengan konsep continous improvement dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah kemampuan atau kondisi organisasi yang lebih baik dari pesaingnya. Dalam konteks Dewan Komoditas, keunggulan kompetitif Indonesia adalah ketersediaan lahan yang sesuai dalam jumlah besar dan iklim yang sangat menunjang pertumbuhan kelapa sawit serta tenaga kerja yang berlimpah sehingga menyebabkan harga pokok penjualan CPO Indonesia menjadi yang termurah di dunia.
Patok duga yang dilakukan dalam upaya pengembangan Dewan Komoditas adalah patok duga fungsional dengan membandingkan proses-proses yang serupa di MPOB. Dalam konteks ini pemerintah secara sistematis sebaiknya:
  • Meningkatkan kuantitas dan kualitas modal insani dengan melakukan transformasi organisasi pendidikan umum, dengan penekanan pada aspek penalaran, penciptaan pengetahuan dan pengambilan keputusan yang akan berdampak pada ketersediaan modal insani organisasi SAKSI yang berkualitas dan lebih fleksibel

  • Melakukan transformasi organisasi SAKSI dengan membentuk Dewan Komoditas sebagai regulator dan fasilitator yang profesional dan adil antar pemangku kepentingan pada seluruh subsistem SAKSI tanpa mengorbankan salah satu subsistem, sehingga SAKSI menjadi lebih terintegrasi. Dewan Komoditas sebaiknya terdiri dari seluruh stake holders baik dari pemerintah (Deptan, Deperind, Depdag, Dephut, Depkeu), asosiasi industri (GAPKI, APKASINDO, AIMMI, APOLIN, dll.), lembaga penelitian (PPKS, BPPT, MAKSI, Peguruan Tinggi, Litbang Perusahaan Besar). Para Menteri duduk dalam Dewan secara ex-officio mewakili masing-masing Departemen Terkait, dan bersidang secara periodik (6 bulan) untuk menentukan Visi, Misi, dan Strategi. Pelaksanaan kerja harian dipimpin oleh Direktur Eksekutif yang bekerja secara profesional dan purnawaktu dengan dibantu kelengkapan pengurus harian sesuai struktur organisasi yang telah disetujui.

  • Mengkondisikan Dewan Komoditas untuk merubah budaya organisasi SAKSI melalui mekanisme organisasi pembelajaran sehingga mampu menambah luas areal tanaman dan meningkatkan produktivitas lahan kelapa sawit yang bertujuan untuk mengentaskan sebagian kemiskinan di Indonesia. Dewan Komoditas secara sistematis menggalang dana untuk pembinaan petani pekebun (rakyat) sehingga menjadi lebih produktif, sekaligus memfasilitasi ketersediaan benih unggul bersertifikat, dana peremajaan dan dana stabilisasi harga minyak sawit (lebih memuaskan anggotanya).

  • Penggalangan dana oleh Dewan Komoditas dapat dilakukan berupa penghapusan pajak ekspor CPO dan merubahnya menjadi menjadi potongan keuntungan eksportir hasil perkebunan (CESS) yang dikelola oleh Dewan Komoditas. Sebagai pembanding, CESS di Malaysia besarnya RM 15/ton atau sekitar USD 3.95/ton. Alokasi hasil pungutan CESS ini RM 7.25/ton untuk riset dan pengembangan melalui Palm Oil Research Institute of Malaysia – PORIM, RM 2/ton untuk promosi melalui Malaysian Palm Oil Promotion Council – MPOC, RM 1.75/ton untuk Palm Oil Registration and Licensing Authority – PORLA, dan RM 4/ton untuk Safety Net Fund (dana cadangan stabilisasi harga sawit). Artinya, seluruh hasil pungutan kembali ke industri unggulan Malaysia. Sementara akumulasi pajak ekspor CPO Indonesia sampai saat ini tidak pernah dinikmati industri minyak sawit Indonesia. Wacana penerapan CESS oleh Deptan bersamaan dengan pajak ekspor CPO jelas akan membuat industri minyak sawit Indonesia semakin meradang dan sulit bersaing dengan Malaysia.

Kebutuhan akan Dewan Komoditas
Metafora organisasi sebagai makhluk hidup adalah organisasi memiliki badan, pemikiran dan roh. Organisasi bisa lahir, tumbuh, sakit, sembuh, tua dan mati. Organisasi dapat dibuat lebih cepat, lebih pintar, lebih sehat dan lebih bermoral. Hal-hal inilah yang mendasari proses transformasi organisasi SAKSI menjadi organisasi yang berkembang.

Transformasi organisasi adalah seperti perancangan ulang bangunan secara harmonis terhadap arsitektur/kerangka organisasi secara genetik (bekerja secara simultan walaupun dengan kecepatan yang berbeda). Transformasi organisasi dapat dilakukan dengan reframe, restrukturisasi, revitalisasi, dan pembaharuan (renewal). Dalam konsep transformasi organisasi, hanya bagian yang bermasalah saja yang dirubah, sedangkan bagian yang masih baik tidak perlu dirubah. Dalam metafora kehidupan, reframe adalah otak, restrukturisasi adalah badan, revitalisasi adalah penyesuaian badan dengan lingkungan, dan pembaharuan adalah roh. Bila yang sakit adalah pikiran, maka hanya bagian otak yang diperbaiki (reframe). Bagian lain seperti tubuh dan roh tidak perlu diutak-atik.

Besarnya magnitude industri CPO menyebabkan terlalu banyak kepentingan terselubung (vested interest) dalam penentuan struktur dan proses organisasi Dewan Komoditas. Seluruh upaya yang dicurahkan untuk membentuk dan menjalankan Dewan Komoditas harus dilandasi oleh keinginan untuk membesarkan SAKSI yang secara positif memotivasi para pemangku kepentingannya untuk belajar, mencipta, beradaptasi dan berkontribusi untuk menjadikan SAKSI sebagai organisasi yang berpengetahuan dan menjadi organisasi yang berkembang.

Untuk meningkatkan efektivitas organisasi SAKSI saat ini, diperlukan intervensi pada tingkat organisasi dengan melibatkan tiga pilar utama yang dinamakan ABG (Academician, Businessmen, dan Government) untuk melaksanakan 8P (program, politik, people, planet, profit, pengelolaan, pemasaran dan penelitian). Peran utama government adalah membuat program yang tepat dengan memperhatikan keseimbangan aspek politik, people (masyarakat), planet (lingkungan hidup) dan profit dalam SAKSI, guna membuat bisnis CPO sustainable, mampu mengentaskan sebagian masalah kemiskinan dan menjadi penghela ekonomi nasional. Hal ini secara integral dilakukan oleh pemerintah dengan memfasilitasi pembentukan Dewan Komoditas. Peran businessman adalah melakukan pengelolaan dan pemasaran dengan baik sehingga program pemerintah dapat berjalan dan memberikan efek sinergi kepada SAKSI. Sedangkan peran academician adalah melakukan penelitian yang tepat guna sehingga dapat dimanfaatkan oleh para businessman untuk memperbesar skala penelitian menjadi skala industri sehingga mendapat nilai tambah yang lebih besar bagi SAKSI secara keseluruhan.

Jika transformasi Komisi Minyak Sawit Indonesia (KMSI) menjadi Dewan Komoditas berjalan secara mulus, dan bersamaan dengan periode tersebut pangsa pasar CPO Indonesia telah melebihi Malaysia, maka kejayaan industri CPO Indonesia akan sustainable, dan tak akan ada lagi situasi-situasi di ujung tanduk yang tercipta karena lemahnya sistem agribisnis kelapa sawit kita.

Penciutan BUMN Perkebunan: Tanggapan untuk Faisal Basri

Dalam analisis ekonomi tanggal 26 Februari 2007, Faisal Basri melontarkan ide penciutan badan usaha milik negara (BUMN) perkebunan dengan membagikan perkebunan milik negara kepada rakyat sekitar dan para karyawan.

Jalan pintas likuidasi BUMN perkebunan dan membagikannya kepada rakyat adalah suatu pemikiran radikal yang perlu ditelaah kembali, baik secara akademis maupun secara kepala dingin. Bangsa kita memang hebat berargumen dalam ranah konseptual, tetapi tahapan implementasinya menyisakan banyak koridor penyimpangan, dan kita menganggapnya wajar sebagai stigma negara berkembang.

Dahulu Ayam atau Telur?
Isu penciutan BUMN perkebunan dipicu dari masalah produktivitas tanaman yang rendah. Hal ini harus menjadi pangkal kajian untuk menentukan langkah selanjutnya, sehingga tidak melebar menjadi bola salju liar yang bisa menyebabkan pembakaran seluruh lumbung padi gara-gara ingin membasmi sekelompok “tikus”.

Perkebunan pada awal perkembangannya merupakan sistem perekonomian pertanian komersial yang bercorak kolonial. Sistem perkebunan ini dibawa oleh perusahaan kapitalis asing dan sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa (European plantation) yang sangat berbeda dengan sistem perkebunan rakyat setempat (garden system) yang bersifat tradisional dan diusahakan dalam skala kecil dengan penyertaan modal yang seadanya.
Mengelola perkebunan memerlukan kompetensi dalam pengelolaan faktor innate (genetik), enforce (lingkungan), dan induce (teknik budidaya). Resultante pengelolaan ketiga faktor di atas tercermin dari produktivitas tanaman per satuan luas tertentu. Produksi CPO/ha perkebunan kelapa sawit rakyat adalah yang paling rendah bila dibandingkan dengan perkebunan swasta maupun perkebunan negara. Bila rakyat diberikan akses untuk memiliki perkebunan negara, apakah dengan serta merta produktivitasnya dapat dipertahankan atau meningkat? Perubahan BUMN menjadi badan usaha milik rakyat (BUMR) seperti yang diusulkan Faisal Basri adalah solusi teoritis yang belum teruji pada ranah praktik. Kalau isu yang dipermasalahkan adalah produktivitas, mengapa solusinya adalah redistribusi asset? Kalau Malaysia sebagai produsen CPO dunia terbesar telah melakukan merger tiga perusahaan perkebunan Golden Hope, Kumpulan Guthrie dan Sime Darby dengan kapitalisasi USD 8.96 miliar sebagai kendaraan strategis mengatur pola pasokan CPO dunia, mengapa pembenahan BUMN perkebunan berujung dengan likuidasi. BUMN perkebunan yang harus unggul secara global (orientasi laba), dihadapkan kepada paradoks pada sisi lainnya sebagai parsel untuk rakyat (orientasi sosial).
Paradoks adalah sesuatu yang berlawanan azas, seperti menentukan dahulu ayam atau telur. Kalau sudut pandangnya adalah dahulu-ayam, maka BUMN perkebunan harus ditingkatkan produktivitasnya untuk memberikan kemaslahatan yang lebih besar melalui peningkatan laba yang meningkatkan setoran pajak. Kalau sudut pandangnya adalah dahulu-telur, maka likuidasi BUMN perkebunan dan transformasinya menjadi BUMR adalah solusi yang masuk akal. Permasalahannya adalah bagaimana kalau telur itu tidak bisa menetas menjadi ayam. Dalam konteks itu, Indonesia akan kehilangan lebih banyak produktivitas tanaman ketimbang membiarkan BUMN perkebunan seperti apa adanya sekarang ini.

Pengungkit Produktivitas
Dalam ilmu fisika terdapat kaidah pengungkit (leverage) yang menggunakan masukan minimal untuk mendapatkan keluaran maksimal. Pengungkit produktivitas bekerja dengan cara yang sama. Produktivitas BUMN perkebunan masih dapat ditingkatkan dengan biaya yang relatif kecil untuk menghasilkan unit usaha yang berdayasaing global. Solusi yang diusulkan adalah melakukan perubahan pada tingkat unit usaha dan pembentukan cluster industri.

Perubahan pada tingkat unit usaha adalah melakukan transformasi budaya BUMN perkebunan saat ini menjadi budaya BUMN perkebunan berbasis kinerja. Produktivitas kelapa sawit PTPN3 yang meraih the best CEO BUMN 2004 adalah 4.74 ton CPO/ha (2005). Angka produktivitas ini masih dibawah angka patok-duga-terbaik industri kelapa sawit Indonesia (Socfindo) yang mencapai 5.95 ton CPO/ha (2005).
Transformasi budaya BUMN perkebunan saat ini menjadi budaya berbasis kinerja memerlukan inisiatif perubahan wawasan dan struktural. Perubahan struktural dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama operasional (KSO) dengan perusahaan swasta yang memiliki kemampuan finansial dan teknis manajerial yang telah teruji. Masing-masing BUMN perkebunan dikelompokkan berdasarkan komoditas sebagai dasar melakukan KSO. Setiap kelompok komoditas dicarikan mitra KSO yang juga memiliki pengalaman di industri hilir. KSO dijalankan oleh perusahaan patungan (joint venture) yang pemegang sahamnya terdiri dari BUMN perkebunan dan perusahaan swasta pemenang tender. BUMN perkebunan tidak menjual lahan perkebunan negara, tetapi menjual opsi pengelolaan melalui KSO. Penyertaan modal BUMN perkebunan dalam perusahaan patungan diperhitungkan dari nilai lahan dan tanaman, sedangkan penyertaan modal swasta diberikan dalam bentuk modal kerja, investasi peremajaan, dan kewajiban membangun industri hilir di lokasi cluster industri yang telah disepakati. Manajemen KSO dilaksanakan oleh pihak swasta dengan memanfaatkankan seluruh sumberdaya yang tersedia. Tujuannya adalah mentransformasi budaya yang berorientasi pada kinerja ke dalam perusahaan patungan yang menjalankan KSO. Dengan cara ini produktivitas BUMN perkebunan yang di-KSO-kan akan meningkat karena perusahaan swasta akan mencari keuntungan dari peningkatan produktivitas tanaman dan nilai tambah produk industri hilir.

Penciutan BUMN dapat dilakukan dengan konsep cluster industri melalui penciptaan sinergi dalam kegiatan ekonomi dengan pengurangan biaya transportasi dan berbagai biaya overhead yang menyangkut pungutan-pungutan. Penciutan BUMN perkebunan masih valid dilakukan dengan basis komoditas dan geografis, bila dilakukan bersamaan dengan perubahan budaya perusahaan yang berorientasi pada kinerja.

Tuesday, April 10, 2007

Cari Nikmat Menghindari Sengsara?


Petani menangkap monyet di Afrika dengan berbagai macam cara. Ada yang dipanah, ditombak, dan juga dengan kendi yang berleher kecil. Caranya dengan mengikatkan kendi di pohon atau menambatkannya dengan jangkar di tanah. Di dalamnya ditaruh kacang, dan diluarnya ditebar sebagian kacang. Monyet yang melihat kacang akan turun dari pohon dan mengambil kacang itu. Pada saat melihat kacang di dalam kendi, si monyet memasukkan tangannya ke dalam kendi, dan karena menggegam kacang itu, si monyet tidak bisa melepaskan tangannya dari kendi tersebut. Sampai si petani datang menangkapnya, si monyet tetap tidak mau melepaskan tangannya. Lebih baik dia mati, daripada melepaskan kacang yang ada di genggamannya. Dia mati karena dia monyet. Makhluk degil yang nekat mengekepin kacang yang ada di tangan, tidak mampu melepaskan diri dari kemapanan yang ada.


Demikian juga halnya, manusia bekerja (Homo faber) mengikuti kata-kata hati (bukan kata hati-hati!). Bagaimana wujud seorang Madonna kalau dia tidak suka menyanyi dan menari. Coba bayangkan seekor angsa terompet bisu yang berupaya keras mencari jati dirinya dengan mencuri terompet yang sebenarnya dan belajar meniupnya demi menjaga eksistensi dirinya. Untuk membuat monyet-monyet tak berdedikasi supaya mau menjalankan ritual hidup dan bertahan hidup, cukup dengan metode monkeylogy dari keluarga Macaca fascicularis: Cari Nikmat Menghindari Sengsara.


Kalau kamu memang benar-benar kunyuk, maka kalau kamu ikut aturan main dan menghasilkan outcome tertentu, maka kamu akan mendapat kenikmatan sebagai ganjaran kinerja yang dihasilkan. Tetapi kalau kunyuk ternyata memang nggak bisa belajar ilmu manusia, maka si kunyuk akan mengalami sengsara. Dari kumpulan sengsara-sengsara inilah, si kunyuk belajar peribahasa manusia bahwa sengsara membawa nikmat. Akhirnya si kunyuk mengembangkan mashab monkeylogy, bahwa kalau menuruti peraturan akan mendapat nikmat, sedangkan kalau melawan kemapanan akan mendapat sengsara. Teori evolusi Mbah Darwin ternyata diaplikasikan oleh spesies kunyuk dengan ketepatan angka dua digit di belakang koma. Dan sebagai manusia yang mengamati dan menuliskan perilaku kunyuk ini, saya berhasil memeras intisarinya dan menerapkannya dalam ilmu manajemen kinerja (performance management) berbasis pendekatan balanced scorecard. Ternyata master piece Kaplan dan Norton diinspirasikan dari monkeylogy yang sederhana: Spesies monyet susah untuk berubah (sampai mati juga nggak berubah bebeh), tetapi sekali dia berhasil mengalami kesengsaraan yang diikuti dengan kesengsaraan lajutannya, maka sampailah mereka pada pemahaman philosophy manusia bahwa sengsara membawa nikmat, dan transformasi monkeylogy inilah merupakan inti dari performance management berbasis balanced scorecard. Puas .... puass .... puasss!

Memoar 2003: Kriteria Bangsa dan Bangsa-T


Apalah artinya sebuah nama, demikian imbuh seorang Shakespeare. Suatu perkataan yang seakan menisbikan makna suatu nama, terlepas dari rumusan klenik di suatu suku yang menganggap keberatan arti nama bisa menyebabkan rezeki berkurang dan kesialan demi kesialan datang mendera. Konon, hanya orang-orang yang dibekali wahyu dan garis keturunan penguasa saja yang tahan menyandang nama besar seperti kemampuan menjaga bumi (mangkubumi), menghujamkan keteraturan di alam (pakubuwono), dll. Bila mereka yang tidak mempunyai persinggungan garis kebesaran dengan trah yang berkuasa, keberatan nama ini diniskalakan dapat membuat yang bersangkutan mengalami hari-hari penuh keputusasaan.

Apakah nama Negara Indonesia ini juga telah mengalami proses peningkatan gravitasi sehingga menjadi keberatan nama. Apakah medan elektromagnetis bumi di Indonesia sudah semakin melemah dan menyebabkan kemampuan inti bumi untuk berotasi semakin berkurang, dan tanpa adanya medan elektromagnetis yang cukup kuat, atmosfer Indonesia semakin telanjang dan akan terpanggang sinar matahari dan manuver pesawat tempur negara asing.

Dan apabila melihat anatomi keinginan, motivasi, nilai-nilai, dan kelakuan orang-orang yang berada di aras trias politica bangsa ini, maka ada rancangan usulan sarkastis untuk menabalkan nama Republik Indonesia menjadi Republik T-Indonesia. Marilah kita coba melihat kenyataan dan memahami apa yang merupakan akar permasalahan bangsa ini.


Adanya keinginan untuk mandiri sebagai bangsa yang bebas, tidak dicekam oleh keinginan imperialis yang mengeksploitasi kekayaan alam bangsa ini untuk mencapai kemakmuran bangsa imperialis penjajah yang tidak berusaha meningkatkan kesejahteraan umum dan taraf kecerdasan bangsa telah menghantarkan bangsa ini ke depan pintu gerbang kemerdekaan sebagaimana yang telah dimaktubkan dalam visi bangsa ini pada tahun 1945.


Adanya keinginan untuk merdeka ini menciptakan motivasi untuk menjunjung tinggi kemerdekaan, sekaligus kesediaan untuk berkorban nyawa sekalipun demi mempertahankan kemerdekaan itu dari rongrongan siapapun. Motivasi ini membawa nilai-nilai yang menjunjung tinggi kemerdekaan, dan menjelma menjadi tingkah laku yang supportif terhadap apa saja yang bisa mengamankan kemerdekaan itu dari rongrongan siapapun. Itulah visi Indonesia, visi bangsa Indonesia.


Dengan berjalannya waktu, ketika situasi kondisi toleransi pandangan dan jangkauan telah berubah dan menegang, maka bangsa ini menghadapi situasi yang mencekam dan memerlukan pencerahan. Dari nilai gotong royong menjadi nilai gotong-gotongan, dari ringan sama dijinjing berat sama dipikul menjadi ringan gua yang jinjing kalau berat elu yang pikul. Kita diantarkan pada suatu kenyataan bahwa keinginan zaman kemerdekaan dengan keinginan zaman sekarang telah berubah. Rasanya tidak butuh kemerdekaan lagi setelah merdeka 58 tahun, karena generasi sekarang tidak pernah merasakan dijajah dan terus terang sudah tidak tahu lagi apa yang namanya penjajahan fisik. Kalau dijajah secara ekonomis seperti penyerbuan film, budaya dan franchise asing, rasanya mungkin lebih dinikmati daripada diprihatinkan dan harus tersiksa batin. Keinginan yang semu ini akhirnya menyebabkan perubahan motivasi, untuk menjadi lebih kaya, lebih hedonistis dan ber dunia gemerlap (dugem) ria. Motivasi kaum dugemist jelas membawa pada perubahan nilai dan perubahan tingkah laku. Jam hidup dugemist bergeser menjadi nokturnal, makhluk yang aktif di malam hari seperti batman dan raveman. Dan jangan bermimpi atau mengharapkan dugemist aktif atau hyperaktif di siang hari seperti sidang komisi, forum konsultasi dan rapat koordinasi terbatas.


Seluruh perubahan ini secara perlahan dan pasti mendeformasi angin reformasi menjadi cyclone yang menghancurkan bangsa ini dengan kekuatan skala F5. Fenomena korupsi, kolusi dan nepotisme telah mencapai tipping point, dan hai seperti sulap tiba-tiba saja telah ada dimana-mana. Seperti semua orang yang tiba-tiba saja menggunakan hand phone. KKN telah merebak dan menjadi atmosfer di atas khatulistiwa. Bicara, ngomong, dan kentut pun semuanya sudah beraroma KKN. Bohong sudah menjadi kebiasaan, baik itu kebohongan pribadi maupun kebohongan publik. Yang membuat undang-undang, yang menjalankan undang-undang, dan yang mengoreksi penyimpangan dari undang-undang, kini semuanya telah terpapar radiasi alam karena inti bumi yang menghasilkan tirai pelindung medan elektromagnetis negara ini sudah mulai berhenti berputar. Mereka semua sekarang beralih profesi menjadi pembuat undangan. Dan mereka menternakkan udangan itu dalam tambak-tambak undangan disepanjang estuarine. Mereka siap menjual undangan-undangan untuk mendapat devisa, penanaman modal asing, sekaligus mengompas para pengusaha. Bangsa Indonesia telah mengalami transformasi genetis menjadi T-indonesia, sehingga sekarang mereka telah menabalkan dirinya menjadi Bangsa T-indonesia (secara leksikal jangan digabung pembacaannya sehingga menjadi BangsaT-Indonesia). Inisial T ini adalah Terminator yang dikirim dari masa depan dengan misi memusnahkan para pimpinan pejuang yang akan memimpin pembrontakan terhadap penguasa (mesin) di masa yang akan datang.


Menjadi bangsa Indonesia atau bangsa-T Indonesia sungguh merupakan pilihan yang paling sulit untuk dipilih. Hanya saja, menjadi bangsa T-Indonesia nampaknya merupakan reaksi spontan yang akan berlangsung secara otomatis dan tidak membutuhkan energi dari luar sistem yang ada. Kecuali ada yang rela mengorbankan dirinya dengan memberi energi untuk menghidupkan kembali “the core” yang sudah mulai soak seperti batere yang sudah lama dipakai.


T-Indonesia adalah terminator Indonesia yang dikirim dari masa yang akan datang untuk memusnahkan calon pemimpin bangsa ini yang kelak akan mampu mengobarkan peperangan terhadap spesies penguasa (mesin) yang akan mengambil alih pemerintahan. Mesin penguasa masa yang akan datang (T-Indonesia) adalah mesin yang dirancang untuk hidup dalam lingkungan yang telah terpapar virus KKN versi 2, dan mampu menghasilkan outcome dengan efektivitas dan efisiensi tinggi dalam lingkungan KKN. Artinya, mereka sendiri adalah matriks KKN yang mengatur derajat penularan virus KKN versi 2 terhadap seluruh mesin kehidupan bangsa T-Indonesia, dan dalam keadaan tertentu mampu berfungsi sebagai agen anti KKN.


Kini sebuah mesin T-max dikirimkan ke zaman ini untuk mengejar calon pemimpin perjuangan masa yang akan datang. T-max akan dikirim ke konvensi-konvensi penting untuk menyaring calon independen dari partai yang diperkirakan akan mengganggu kekuasaan T-Indonesia kelak. T-max adalah sebuah mesin yang mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan mesin-mesin lain dan memerintahkan mesin itu untuk mengerjakan apa yang diinginkannya. Dengan siulan statis nada mesin faks melalui hand phone, T-max sanggup mengakses dan menyelinap ke dalam data base badan intelijen manapun serta mencari dan mencuri data yang diinginkannya. Suatu kelemahannya adalah, T-max tidak dirancang untuk mendapatkan file mereka yang berstatus tersangka dan tidak memiliki SKKB dari polisi, karena programernya sudah merancang untuk mengeliminir calon dari golongan itu karena diyakini mereka tak bakal sanggup menghadapi T-Indonesia.


Saudara-saudara, akankah kita biarkan T-max membantai calon pemimpin independen kita dan membiarkan T-Indonesia berkuasa di persada ini, sehingga kelak orang-orang akan memanggil bangsa ini sebagai bangsa T-Indonesia. Mari kita eliminir kriteria sebagai bangsa T-Indonesia, dan biarkan kita tetap bangga sebagai bangsa Indonesia, yang walaupun bercermin di air keruh tetapi tidak meludahi muka sendiri.


Mari kita mengirim orang untuk melakukan ekspedisi ke inti bumi untuk meledakkan inti tersebut dengan reaksi thermo nuclear, dan mengaktifkan kembali “the core” yang sudah mulai kehabisan energi. Satu-satunya jalan untuk mengatasi persoalan Indonesia, adalah masuk ke dalam inti bumi dan membuat ledakan yang bisa membangkitkan kembali energi tersebut sehingga bumi tetap berputar. Untuk itu, marilah beramai-ramai kaum professional, bisnisman, guru kecil, guru besar dan siapa saja yang peduli dengan Negara ini untuk berbondong-bondong masuk ke dalam lembaga legislatif dan menghidupkan kembali “the core” dengan idealisme tanpa virus KKN versi 2.0. (Virus KKN versi 1.0 dirancang untuk sistem eksekutif yang tersentralisasi dengan sistem stand alone. Virus KKN versi 2.0 bekerja dengan platform yang lebih luas dengan asas desentralisasi pada sistem jaringan kerja).


Selain itu, sekelompok pengguna sistem terbuka Linu-linu(X) telah membuat website antivirus KKN versi 1.0 dan 2.0 yang dapat di down load secara gratis ala tayangan sinetron Kampung Nusa Getir di TPI. Permasalahannya, sekarang sudah ada kasak-kusuk yang ditujukan untuk membungkam website tersebut dan membuat iklan pop up virus KKN versi 3.0 dengan iklan extravaganza ala pemilihan Putri Indonesia 2003 dengan bintang tamu Miss Universe Amelia Vega yang sedikit kedodoran tali bajunya.

Untuk bangsa ini, dari referensi dan preferensi nonton film asing dan Pemilihan Putri Indonesia 2003 kusampaikan pesan rindu untuk ibu dan bapak bangsa:

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dan dibesarkan bunda
Untuk berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata

Dan akan banyak orang-orang yang tidak bisa dan tidak rela menutup mata karena bangsa ini tidak bisa memberikan perlindungan di hari tua.

Aik Nabara Selatan, 28 Juli 2003.
17:46:50













*) KKN = Kuliah Kerja Nyata, sekarang diplesetkan dan lebih terkenal sebagai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Ada ungkapan yang menarik tentang versi KKN itu, dan beberapa yang terkenal adalah: Kanan-Kiri Nona, Kanan-Kiri Nyikut, Kecil-Kecil Nekat, Kanan-Kiri Nuntun dan Kayak Kuda Nil.