Thursday, November 1, 2007
Ada Apa Denganmu?
Ada apa denganmu? Ada apa dengan prana? Kalau hawa kehidupan telah terguncang, maka kehidupan itu pun pasti terguncang. Demikianlah kalam yang terjadi dalam suatu pengantar jalan hening. Karena tak ada keramaian di jalan hening, maka terciptalah nyanyi sunyi seorang diri. Diri, hai... diri siapakah ini? Ada apa denganmu? Mengapa kamu demikian kelu ketika melihat seorang presiden yang bertemu dua kali dengan menterinya yang sakit dan dalam masa pemulihan, seakan belum cukup basa-basi politik itu untuk mengharu biru perasaanmu berkali-kali. Laksana gempa Bengkulu yang melepaskan energi perusak berkali-kali, demikianlah keguncangan prana dalam gua garba. Penerjemahan kondisi pelepasan energi yang terjadi karena cekaman lempeng-lempeng bumi yang saling bersitegang, tiba-tiba menemukan jalan untuk menjadi lurus kembali dengan keadaan semula, ternyata harus menimbulkan kerusakan-kerusakan yang cukup marah di muka bumi. Kemudian setelah hari demi hari berlalu dan menguap laksana uap air dalam siklus hidro-orologis, demikianlah uap air terperangkap di puncak gunung dan turun menjadi hujan yang membasahi bumi manusia. Aku tidak terlalu sunyi tetapi menjadi sendu, dan akhirnya bukannya perpisahan yang kusesali, tetapi perjumpaan yang kusesali. Tak perlu kalkulator untuk menentukan kadar kerelaan hati, cukup katakan ya atau tidak. Jangan mengatakan ya kalau ingin mengatakan tidak. Cukuplah tidak bila tidak. Dan sekali ini adalah tidak untuk selamanya. Hari ini Julia Perez (Jupe, jangan dibalik) berumur 35 tahun tetapi masih bergoyang pakai sutra bang. Realita ini membuat aku terjengkang dari perspektif gaya ngebor atau patah-patah, dan akhirnya jadi patah beneran. Sayangnya Jupe nggak sadar kalau lagi hamil muda, akibat digoyang dengan sutra akhirnya jatuh seperti flamboyan. Senja itu, sang dara keguguran, berjatuhan, berserakan. Sama seperi psikologisku dengan prana. Cukup sampai disini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment