Monday, July 2, 2007

Sambutan Natal di Sebuah Perusahaan

Assalamu’alaikum wr. wb. dan
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pertama-tama, kepada rekan-rekan kita yang merayakan natal dan tahun baru, saya mengucapkan selamat. Semoga fenomena perayaan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kebersamaan dan memberikan pencerahan yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas diri pribadi dan produktivitas kerja.

Rakhmat Sang Maha Pencipta kita, keadaan untuk berada dalam kebaikan-­Nya, adalah seperti sinar matahari yang menerangi bumi. Tanpa diskriminasi memancarkan cahaya-Nya pada semua umat-Nya, tidak peduli apapun agama dan dasar keyakinannya. Siapa yang berdiri di bawah matahari akan menyirami dirinya dengan kehangatan dan memperoleh manfaat sepenuhnya dari sang matahari. Siapa yang bersembunyi di balik bayangan pepohonan, berarti menghindarkan dirinya dari matahari.

Melalui kekuatan rakhmat Sang Maha Pencipta kita, alam semesta tercipta. Melalui kekuatan rakhmat-Nya, umat manusia mampu melakukan tugas sehari-­harinya dan mempertahankan kegunaan tubuh dan pikirannya.

Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa kemiskinan adalah kekejaman yang paling besar. Tetapi di sisi lain, banyak hadiah tak bertuan yang menumpuk tak tersentuh. Semua hadiah itu adalah apa yang dimohon oleh manusia di dalam doanya, namun mereka meninggalkan permohonannya tepat sebelum hadiah itu diberikan oleh yang maha kuasa.

Tuhan tidak pernah menghalangi manusia memiliki hadiah berharga (kekayaan). Adalah kekurangan keyakinan diri kita sendiri akan tanggung jawab memiliki hadiah itu yang menghalangi kita untuk memilikinya. Sebagian orang berhenti mengharapkannya karena kehilangan harapan, merasa yakin mereka tidak akan pernah mendapatkan apa yang mereka inginkan, seperti pungguk merindukan bulan. Bagi sebagian yang lain, barang yang mereka inginkan selalu berubah-ubah. Suatu saat mereka menginginkan cincin berlian yang baru, lain kali mobil baru. Ketika cuaca berubah dan bumi semakin panas, mereka mengimpikan bersantai di pantai Nusa Dua Bali. Keinginan mereka tak lebih dari impian sehari-hari.

Yakinlah, bila anda bersungguh-sungguh dalam usaha untuk meraih keinginan yang berharga, ia akan dapat anda raih, tetapi impian yang didiamkan saja tidak akan pernah terwujud. Hampir setiap orang berpikir ingin menjadi sukses dan kaya, tetapi dalam kenyataannya sebagian besar dari kita adalah tempat kita menghabiskan uang. Memperoleh kemakmuran bukanlah tentang apa yang kita lakukan untuk mendapatkannya; tetapi adalah apa yang siap kita lepaskan untuk mendapatkannya. Ini adalah prinsip yang sangat penting untuk diingat. Ini seperti prinsip untuk menciptakan atlet yang unggul. Hal pertama yang harus disadari oleh seorang atlet adalah menjawab pertanyaan:

  • Apakah aku siap untuk menjadi atlet yang hebat?
  • Apakah aku bersedia menyiapkan waktu yang biasanya aku lewatkan bersama kawan-kawan?
  • Apakah aku bersedia meninggalkan pesta-­pesta dan saat-saat menyenangkan yang dinikmati kawan-kawanku?
  • Apakah aku bersedia meninggalkan makanan lezat penuh lemak dan menggantinya dengan program diet yang ketat?
  • Dan daftar pertanyaan ini akan semakin panjang.

Dengan demikian untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup dan pekerjaan, apakah kita telah siap untuk berjuang untuk mendapatkan kesuksesan yang kita cita­-citakan itu?

Kita mengukur kenyataan kita sesuai dengan pengalaman kita. Kalau pengalaman kita bertambah, kenyataan kita juga berubah.

Ketika aku berada di kota kelahiranku di Kalimantan Tengah, aku teringat bahwa sekolah dasar dan sekolah lanjutanku sangat besar dan memiliki lapangan bermain yang sangat luas. Dalam kunjunganku beberapa tahun yang lalu, aku menengok kedua sekolahku itu kembali. Apa yang kuingat sebagai lapangan yang luas ternyata hanya halaman sekolah yang sempit. Sekolahku yang mengesankan mendadak menyusut. Dalam kenyataannya, sekolah dan lapangan bermainnya tidak pernah berubah sama sekali, tetapi akulah yang telah berubah. Pemahamanku telah berubah, karena aku telah melihat dunia yang berbeda.

Suasana kerja adalah seperti sekolah dan halamannya, dia tidak berubah, tetapi kadang-kadang kita merasakannya tidak menyenangkan seperti dahulu lagi. Untuk itu, jika perubahan dalam diri kita telah kita arahkan pada arah yang benar, niscaya suasana kerja akan menjadi enak bagi semua. Untuk itu saya merekomendasikan supaya kita:

  • Jangan membeda-bedakan pertemanan dan hubungan dalam konteks SARA (Suku-Agama-Ras dan Antar golongan). Acara ini adalah suatu momentum yang baik untuk menerapkannya secara nyata.
  • Usahakan menjaga agar hubungan antar bawahan selalu baik.
  • Didalam berinteraksi/komunikasi dengan kolega supaya dijaga agar jangan timbul jarak psikologis. Misalnya kalau ada suatu ide yang menurut kita baik, di dalam penyampaiannya kepada atasan dan teman harus hati-hati.
  • Pupuk dan jaga kekompakan antar karyawan dengan saling mengunjungi seperlunya. Sempatkan waktu (walaupun sempit sekali) untuk bersilaturahmi pada saat lebaran dan tahun baru.
  • Usahakan menjaga agar hubungan antar atasan tetap baik dengan jalan tidak menjadi “provokator” dan “duduk manis” di pekerjaan kita saja.

Izinkan saya menutup sambutan ini dengan menyitir sebuah syair yang ditulis oleh seorang sufi yang bernama Kabir:

Maksud bekerja adalah untuk belajar.
Saat anda memahaminya, pekerjaan selesai.
Apel berbunga adalah untuk menghasilkan buah.
Saat ini terjadi, bunganya gugur beserakan.

Assalamu’alaikum wr. wb. dan selamat malam.
© Iyung Pahan (14 Desember 2002).

No comments: