Puisi ini kutulis 24 tahun yang lalu
Ketika itu aku masih seorang mahasiswa yang lugu
Berusaha mencari kebahagiaan dalam impian
Yang luruh ditiup angin .....
Ada perasaan yang nyaman saat aku melamun
Kenyamanan itu hanya datang bila aku menghayal
Hayalanku hanya timbul dari penderitaan
Kini aku bahagia
Tapi aku tak bisa menghayal lagi
Aku tak boleh merasa bahagia
Harus!
Hatiku harus ku kecewakan
Supaya aku menderita
Dan aku bisa menghayal lagi.
Kucari seorang gadis rupawan
Yang harus kucintai
Dan dengan segalanya kuketuk pintu rumahnya
Ku mengharap bukan ayahnya yang keluar
Cukuplah dia atau siapa saja asal jangan herdernya saja
Memang dia putri seorang punggawa
Dan kutatap wajahnya
Dengan perasaan cinta
Kuyakinkan hatiku supaya ia menolak cintaku
Dan kuucapkan padanya:
Wahai putri punggawa ijinkan aku mengutarakan isi hati
Memuntahkan segala uneg-uneg di dada
Dengarkan:
Aku cinta padamu!
Kutunggu
Dan yang kuinginkan tercapailah:
Maaf bung, aku tak kenal kamu
Dan maaf aku tak berani menerima cinta bung
Pulanglah! Mungkin di jalan kau dapatkan cinta
Kucing-kucingku belum kusisir bulunya.
Aku berlari
Hatiku kecewa
Dan aku mulai menghayal.
Aku bahagia kini
Tapi aku tak boleh merasa terlalu bahagia
Karena kebahagiaanku akan hilang bila aku tak mampu menghayal lagi
Akhirnya aku jenuh
Dan aku tak dapat melamun.
Mengapa aku hanya menghayal bila menderita
Akan kucoba merasa bahagia dan aku akan bahagia selamanya
Kudekati gadis yang seperti Sophia Boleditjuba umur 17
Tentu saja tidak seperti caraku dahulu
Dengan lembut kutemui dia
Kurayu
Dan kini dia jadi milikku
Hari-hari berikutnya aku merasa bahagia
Dan aku mulai menghayal
Sungguh!
Kini aku bahagia
Tapi apa daya
Sang ayah tidak setuju:
Apa yang kau harap dari seorang penghayal
Dan aku tak ingin anakku hidup dalam mimpi
Katanya kepadaku dan anaknya.
Hayalanku berantakan
Dan aku merasa tak bahagia
Aku ingin menghajar sang ayah
Supaya aku bisa masuk penjara
Dan aku dapat menghayal di sana
Kubulatkan tekad
Kudatang kepadanya
Kuketuk pintu dan kutanya:
Sigmund Freud menjadi terkenal karena mimpi
Mengapa bapak tidak setuju saya berhubungan dengan anak bapak karena kami hidup dalam mimpi?
Kamu mau apa?
Apakah bapak tidak setuju anak bapak saya nikahi?
Kurang ajar …!
Kutinju hidungnya … dan berdarah
Dia roboh
Kepalanya berlumuran darah membentur pintu
Istrinya berteriak
Tetangga-tetangga berdatangan
Kau akan kuadukan kepada polisi …!
Adukanlah!
Kutunggu kalian di kantor polisi
Aku akan memindahkan barang-barangku dahulu ke sana.
Semua orang tak akan mengerti diriku
Termasuk Sophia yang masih menungguku di alun-alun kota
Berjanji nonton wayang kemarin sore.
Friday, May 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment