Thursday, June 21, 2007

Paruh Kedua Kehidupan

Menurut Drucker, pekerja berbasis ilmu pengetahuan (knowledge worker) adalah pekerja yang tidak bekerja secara mekanis (seperti penyapu jalanan dan pemanen TBS kelapa sawit), menempatkan dirinya sendiri sebagai penanggung jawab utama dalam upaya mencari pengetahuan untuk meningkatkan kompetensi dirinya, memilih jenis pekerjaan dan menginvestasikan waktunya untuk menghasilkan outcome yang ditargetkannya. Konsep ini adalah dasar dari peningkatan harkat manusia dari sekedar pekerja (worker) menjadi sumberdaya manusia (human resource) yang akhirnya layak dikatakan sebagai modal insani (human capital).
Ketiga terminologi tadi merupakan subyek pengkajian dalam revolusi manajemen personalia menjadi manajemen sumber daya manusia, dan kemudian menjadi manajemen strategis sumber daya manusia atau manajemen modal insani. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin lama semakin cepat, mau tidak mau, senang tidak senang, akhirnya menempatkan perubahan sebagai unsur utama yang menentukan ketahanan organisasi dalam siklus hidup organisasi yang semakin tinggi temponya dan semakin sedikit waktu tersisa untuk menyikapinya dengan kata kunci: BERUBAH atau MATI!
Sejalan dengan perubahan dunia yang menjadi semakin datar dengan terjadinya fenomena globalisasi yang datang seperti versi perangkat lunak yang semakin lama semakin kompleks, canggih dan tak terbayangkan, globalisasi telah mengambil purwa rupa dengan runtunan globalisasi versi 1.0, 2.0 dan 3.0.
Globalisasi 1.0 (1492-1800): Dunia susut dari besar menjadi sedang, prosesnya terkait pada negara dan otot. Seberapa gigih, seberapa kuat otot dan seberapa besar tenaga kuda, tenaga angin, dan tenaga uap yang dimiliki negara serta seberapa besar kreativitas pemanfaatannya akan mendorong globalisasi.
Globalisasi 2.0 (1800-2000): Dunia susut dari sedang menjadi kecil, prosesnya terkait pada perusahaan-perusahaan multinasional. Dimotori jatuhnya biaya transportasi karena mesin uap dan kereta api, dilanjutkan dengan jatuhnya biaya telekomunikasi karena telegraf, telepon, PC, satelit, serat optik dan www versi awal. Terjadi pergerakan barang dan informasi antar benua membentuk pasar global berupa perdagangan barang dan tenaga kerja antarpasar.
Globalisasi 3.0 (2000-sekarang): Dunia susut dari kecil menjadi sangat kecil sehingga mendatarkan dunia, prosesnya terkait pada pemberdayaan individu-individu, kelompok-kelompok dan segala keragamannya. Dimotori oleh 10 pendatar berupa kreativitas, konektivitas, kolaborasi, up-loading, outsourcing, off-shoring, supply-chaining, insourcing, in-forming, dan steroid seperti digitalisasi, mobilitas, personalisasi, dan virtualisasi. Mereka menciptakan trio konvergensi yang akhirnya mendatarkan dunia melalui integrasi yang menciptakan lapangan baru, horisontalisasi yang menciptakan proses baru, dan koloborasi horisontal yang menciptakan kebiasaan baru.
Sebagai pekerja ilmu pengetahuan, yang menyadari bahwa dunia telah berubah, dan kompetensi yang dimiliki semakin lama semakin cepat usang dan tidak terpakai lagi, maka pengalaman akhirnya berubah menjadi guru yang terburuk. Ungkapan pengalaman adalah guru yang terbaik hanya berlaku dalam dunia yang turbulensinya rendah, sehingga orang dapat belajar dari kesalahan untuk mencari makna dan memperbaiki kesalahan tersebut sehingga tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Dalam bahasa program, situasi ini adalah proses debug. Malangnya, persaingan piranti lunak saat ini bukan pada tataran program dan debug yang dilakukan untuk menambal (patching) kerentanan program itu lagi. Debug untuk menambal program sudah menjadi suatu keharusan, yang dalam bahasa manajemen telah menjadi komoditas, alias tidak memiliki nilai tambah yang signifikan lagi. Semua orang melakukan hal yang serupa, dan keunggulan anda dalam hal debug bukanlah suatu kompetensi utama lagi.
Dalam situasi turbulensi tinggi menurut Ansoff, pengalaman adalah guru yang terburuk, karena apa yang menjadi referensi pada hari ini, tidak berlaku lagi pada kondisi hari esok. Kesepuluh koefisien pendatar dunia telah membuat dunia yang selama ini bulat (seperti dipostulatkan Columbus), susut menjadi bidang datar (seperti yang diceritakan Friedman). Keberadaan pekerjaan-pekerjaan tradisional terancam punah karena perubahan. Pada prinsipnya, setiap pekerjaan yang bisa dipecah-pecah menjadi task yang lebih kecil dan dapat didigitalisasi sehingga dapat dikirim dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan murah, adalah pekerjaan yang akan mengalir dari daerah yang upahnya mahal ke daerah yang upahnya murah. Pekerja ilmu pengetahuan yang memiliki akses kepada dunia maya, dengan cepat akan menyeimbangkan kompetensi tradisional yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan generik. Pekerjaan generik adalah pekerjaan seperti mengetik, menterjemah, mengajar, dan dalam kasus tertentu seperti menafsirkan citra digital hasil MRI seorang pasien di Bethesda AS yang dikirim ke dokter India yang tarifnya hanya 1/5 upah AS. Termasuk didalamnya juga pembuatan barang-barang berkualitas dengan harga murah seperti kalkulator, MP4 player dan hands free Bokia dari RRC. Harga hands free Bokia berupa mikropon dan ear phone speaker berikut kemasannya di Jakarta hanyalah Rp 1,500,-; sehingga harga pokok penjualannya dari RRC hanyalah 1/5-nya yaitu Rp 300,- per unit, bayangkan man!
Pekerjaan yang tak tergantikan adalah pekerjaan mekanis yang melelahkan seperti penyapu jalanan, pekerjaan mekanis yang membutuhkan sentuhan pribadi seperti perawat yang ramah dan peduli dengan pasien, pekerjaan mekanis yang membutuhkan sentuhan khusus seperti koki restoran yang memiliki resep rahasia, pekerja seni seperti Picasso, Rembrandt dan Affandi, serta pekerjaan penuh inovasi seperti yang dilakukan Thomas Alva Edison, dan pekerjaan tak terbayangkan yang unik di dunia datar seperti search engine optimizer (SEO). Seorang SEO adalah pekerja ilmu pengetahuan yang mengakali algoritma yang ada di dalam search engine seperti Google, Yahoo, MSN dll., sehingga setiap situs web yang dibuat berdasarkan algoritma khususnya, pasti akan muncul pada urutan pertama hasil pencarian search engine. Kalau seseorang mengetik kata kunci ”ahli kelapa sawit” pada Google, karena saya memiliki kompetensi SEO maka situs web saya merupakan situs pertama yang ditampilkan, maka peluang orang meng-klik situs saya dan melakukan transaksi bisnis menjadi lebih besar. Profesi SEO yang membuat kemampuan itu ada dan bermanfaat adalah pekerjaan unik di dunia yang semakin datar.
Seorang pekerja ilmu pengetahuan akan mengalami kebosanan dalam pekerjaannya setelah 20 tahun bekerja. Pada kondisi ini, pekerjaan menjadi tak bermakna, dan kehidupan seakan daun-daun kering berguguran. Pada saat inilah dimulai paruh kedua kehidupan, dimana orang mencari makna lain dalam kehidupan profesionalnya. Boleh saja seseorang menjadi si gagal atau si sukses dalam karirnya, tetapi tidak mendapat ketenangan batin dan menemukannya dalam aktivitas lain di dunia paralel seperti menjadi tetua adat dalam komunitas hacker, penyanyi paruh waktu di restoran eksklusif, aktivis lembaga swadaya masyarakat, pembina pramuka yang melarikan diri dari krisis paruh baya dengan membina anak-anak remaja tanpa dosa dll. dst. dsb.
Siapkan diri menghadapi paruh kedua kehidupan. Karena kita juga manusia, maka kita pasti akan merasakan esensi kebosanan dalam kehidupan. Sedia payung sebelum hujan apakah berarti harus selalu membawa payung sepanjang hari? Menghadapi situasi ini, janganlah beranalogi seperti bankir idiot yang meminjamkan payung di waktu panas, dan menariknya ketika hujan turun. Saya hanya ingin berbagi, bahwa mempersiapkan paruh kedua kehidupan berarti membuat kehidupan menjadi lebih komplit. Seperti kata Timbul Srimulat, kehidupannya Komplit ... plit.

No comments: