Friday, June 22, 2007

Renungan Perjalanan

Kampus IPB Baranang Siang 1984

Di antara derap langkah mengawali tahun ini, kurasakan semburatnya bayang-bayang untuk meniti masa depan. Kadang manusia bingung mencari identitasnya, dan Barat telah belajar banyak untuk menekuni eksistensialisme. Kierkegaard seorang eksistensialist Denmark akhirnya sampai pada suatu kesadaran religi, bertitik tolak dari sesuatu yang antitheisme, untuk menemukan dirinya pada suatu hakekat ketuhanan.
Dari segi eksistensi manusia, suasana Idhul Fitri telah mengantar pada suatu kebulatan manusia seutuhnya. Di sana disadari arti dan makna hidup, hidup sekarang dan hidup setelah mati. Falsafah jiwa, Pancaran Nur, seperti sebuah lubang yang tak tembus (1), yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu ada di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) (2), yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walau tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah maha mengetahui segala sesuatu (3). Kita lebur dosa kita dengan Nur illahi ….
Sejarah membuat manusia arif; puisi (membuat manusia) berdaya khayal kuat (4); matematika (membuat manusia) dalam; logika dan retorika (membuat manusia) dapat berdebat. Maka jika pikiran orang mengembara, biarlah ia studi matematika; sebab dalam pembuktian-pembuktian, jika pikirannya melayang-layang tidak sekedar sedikit saja, maka ia harus mulai lagi. Jika pikirannya tidak mampu untuk membedakan atau menemukan perbedaan-perbedaan, biarlah ia mempelajari Orang Terpelajar sebab mereka adalah cymini sectores (5). Jika ia tidak mampu untuk menangani perkara-perkara dan menggunakan satu hal untuk membuktikan dan menerangkan hal lain, biarlah ia mempelajari perkara-perkara para hakim. Dengan demikian tiap kekurangan dalam budi pikiran manusia mempunyai suatu resep yang khusus (6).
Kemudian aku teringat akan satu puisi yang pernah kubaca dan teringat selalu:

bulan putih menyembul di antara kubus-kubus kota
seorang santeri kecil berdiri di beranda Mushola
: tundukkan hatiku bermahkota nafsu maya
: sucikan nurani dari debu-debu perilaku
pada saat itu pula
Ramadhan Putih menguak pintu-pintu sukma terkunci
memasang dian-dian di bahagian paling kelam
Ia mengaungkan gema pesan putih
tapi kehadiran-Nya menyusup nuranimu
manakala suara tarawihmu menembus dinding Mushola
sujudkan keangkuhan yang lama bermuka
bersamaan suara panjang pelantun azan
Ramadhan Putih menyatulah dalam hari-hari sederhana
seorang santeri kecil tak bernama

Jakarta, Julai 1981 (7)

Diah Hadaning, sastrawati asal Indonesia yang berkelana ke Malaysia, menusuk kalbuku. Kuinginkan, aku santeri kecil itu, tapi rasanya belum tercpai juga maksud itu. Entahlah, mungkin bagiku Ramadhan Putih terasa kelabu. Detak-detak Al ’Ashr telah ternoda dengan keterlambatan-keterlambatan, sengaja atau pun tidak. Shalat fardlu yang terlambat, ceramah dan diskusi tarawih yang terlewat, dan banyak lagi. Demi Al ‘Ashr, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran (8).
Baru saja kulewati masa-masa berbulan gula, dengan berpulang ke rumah di kampung halaman. Mungkin kalau terlalu banyak, rasa gula itu pun pahit, maka aku pulang lagi ke Bogor lebih dini. Tak banyak cerita, mungkin tak sebanyak cerita tentang kota lain yang sudah bersejarah dan membuat manusianya arif. Kotaku itu, atau kusebutkan kampung saja (apa bedanya?) di tepi sungai Mentaya yang apalah artinya (?) Tapi aku bangga, itu saja. Seperti Guillaume Apollinaire yang liris, menuliskan le Voyageur kepada Fernand Fleuret tentang pasang surut sungai Euripus, maka saya terkesan akan Mentaya walaupun tetap le voyageur (9) di tanah Priangan ini. Bagaimanapun juga, Je suis tu regardais un banc de nuages descendre, avec la paquebot orphelin vers les fievres futures (10), tetapi selalu waswas dan cemas dan juga duka, kesal dalam menuntut ilmu ini … tapi akhirnya hanyalah kenangan yang sudah berlalu: te souvienstu(11) Alhamdulillah.
Ada baiknya kututup kata-kataku ini dengan ceritaku, kotaku yang kampung itu, dan diriku yang dusun itu, tetaplah aku Iyung Pahan yang tidak kampungan.

______

1) Misykat – lubang yang tak tembus: lubang di dinding rumah yang tidak tembus sampai ke sebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang yang lain. Lihat QS 24:35.

2) Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit, ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik (sesuai dengan konsep total heat unit). Ibid QS 24:35.

3) QS 24:35.

4) Witty: full of fancy, imaginative = penuh khayal.

5) Cymini sectores (Latin) = hair-splitters = orang yang membuat pembedaan-pembedaan yang halus-halus dan tak perlu = suka ‘njlimet.

6) Francis Bacon. Essays: Of Studies. Lihat Kemajuan Studi 2:26-30. Histories make men wise; poets witty4); the mathematics subtile; natural philosophy deep; logic and rhetoric able to contend. So is a man’s wit be wandering, let him study mathematics; for in demonstrations, if his wit be not apt to distinguish or find differences, let him study schoolmen; for they are cymini sectores5). If he be not apt to beat over matters, and to call up one thing to prove and illustrate another, let him study the lawyer’s cases. So every defect of the mind may have a special receipt.

7) Diah Hadaning. Ramadhan Putih. Dewan Sastera 803(12): Juni 1982. Kuala Lumpur.

8) QS 103:1-3.

9) Artinya: petualang. Lihat Guillaume Apollinaire. Le Voyageur. Anthologie Bilingue de la poeise Moderne Francaise. Pustaka Jaya. Jakarta. Hal. 90-91. (Choix et presentation de Wing Kardjo).

10) Terjemahan bebas: Aku memandang gumpalan awan yang turun bergegas, bersama kapal yatim piatu demam hari depan dituju.

11) Terjemahan bebas: kau kenang semua itu …



No comments: