Tuesday, May 15, 2007

The Turtle Director

Kata Direktur yang berwibawa itu sering kali diplesetkan oleh masyarakat menjadi “direken batur.” Dianggap sebagai batur. Batur yang dalam bahasa Jawa artinya adalah teman, tetapi telah mengalami penurunan makna secara peyoratif dan berasosiasi dengan profesi pembantu laki-laki, sama halnya dengan kata mbok yang artinya ibu telah diposisikan sebagai profesi babu. Demikianlah makna Direktur telah terdepresiasi sedemikian parahnya karena banyaknya praktik perusahaan ali baba dalam era orde baru atau baba ali dalam era reformasi sekarang ini. Fenomena ini menciptakan kelas direktur baru yang secara populer dinamakan direktur labi-labi (turtle director). Labi-labi adalah sejenis kura-kura air tawar yang tongkrongannya cukup besar dan garang, tetapi tidak memiliki daya apapun ketika batoknya disenggol dan terbalik. Tinggallah dia pasrah saja menunggu takdirnya, dan bila bertemu dengan manusia yang karnivora, maka sudah dapat dipastikan takdirnya akan berujung ke restoran eksklusif yang menyajikan menu sop labi-labi obat. Takdir berujung kematian bagi labi-labi ternyata menjadi obat (entah untuk penyakit apapun) yang menyembuhkan bagi orang lain.
Dari fabel labi-labi inilah analogi seorang direktor proforma yang di mata hukum dianggap mampu dan bertanggung jawab atas jalannya suatu perusahaan, tetapi dalam praktiknya tidak memiliki wewenang eksekusi, kerap disebut direktur labi-labi (selanjutnya disebut DIRLL). DIRLL ini adalah orang yang biasanya buta hukum (walaupun kadang-kadang pendidikannya tinggi), dan merasa sangat bangga ketika diangkat menjadi direktur, yang seolah-olah memberikannya kewenangan mengelola perusahaan. Mohon maaf, DIRLL bukanlah managing director, tetapi hanyalah sekedar direktur proforma yang tercantum di akte perusahaan, tidak memiliki wewenang eksekutif, dan diposisikan sebagai bumper bagi pemilik perusahaan. Bumper yang melindungi pemilik dari tanggung jawab hukum, ketika terjadi komplikasi dalam praktik perusahaan yang menyalahi etika bisnis dan menyimpang dari good corporate governance. Biasanya DIRLL tidak menyadari dampak dari tanggung jawabnya sebagai DIRLL, dan merasa cukup bangga dengan atribut sebagai DIRLL dalam kartu nama, dan sudah puas dengan sedikit permen dan remah-remah roti yang diberikan pemilik dalam bentuk bonus atau tambahan gaji yang nilainya tak seberapa dengan besarnya tanggung jawab yang harus diembannya.
Kemudian ketika turbulensi datang baik itu berupa goncangan tektonik di bawah permukaan organisasi, maupun prahara yang menggesek kerucut dan pucuk-pucuk struktur organisasi, maka terjadilah perubahan cepat yang luar biasa. Dalam hitungan hari, praktik perusahaan yang menyalahi etika bisnis terungkap ke permukaan dan mendapat ekspose panas matahari yang terus menerus. Maka terciptalah pemanasan global dalam organisasi, dimana-mana es yang selama ini membeku akhirnya mencair dan menggenangi bibir-bibir pantai dalam labirin struktur organisasi yang selama ini aman tentram dan damai. Perlahan-lahan struktur organisasi mengalami deformasi, dimana bagian pucuk yang selama ini biasanya powerfull dan berkibar di atas, secara sengaja menyamarkan dirinya menjadi bagian yang rendah hati dan turun ke dasar piramida untuk berbagi kebersamaan. Jadilah bagian tengah piramida diposisikan sebagai pucuk piramida yang menghadapi terpaan prahara, dan mereka selulup dan sembunyi dibalik kelambu kevlar yang tahan peluru atas dasar meeting penting di luar, sehingga tidak terkena panas matahari yang semakin membakar.
Kasihan DIRLL yang hanya menerima permen dan remah-remah roti, harus terlentang dan dibakar sinar matahari yang semakin ganas di pinggir pantai yang airnya semakin tinggi. Kalaupun dia sanggup membalikkan dirinya, maka habitatnya telah berubah dari air tawar menjadi air asin. Labi-labi bukanlah ikan salmon yang sanggup hidup di dua habitat berbeda. Maka demikianlah nasib si labi-labi telah ditakdirkan.
Peringatan kepada teman-teman yang menjadi DIRLL, tolong kaji kembali posisi DIRLL kalian menggunakan teknik SWOT. Apa yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Kalau yang dominan adalah kelemahan dan ancaman, maka buatlah strategi yang meminimumkan kelemahan dan ancaman tersebut. Jangan sampai nasib harus berujung penjara karena kebodohan semata-mata, yang dicurangi oleh pemilik yang semena-mena. Jangan ditipu dan merasa senang dengan tipuan itu. Ini bukan sulap, ini adalah palsu. Kepalsuan dunia yang penuh dengan aksi tipu-tipu, woow jagonya!

No comments: