Monday, April 30, 2007
The World is Flat
Dunia baru adalah dunia yang semakin datar, karena lapangan permainan telah didatarkan. Fokusnya telah bergeser dari negara menjadi perusahaan trans-nasional dan sekarang menjadi individual. Globalisasi telah menemukan wujudnya dan menulis takdirnya sendiri dan menyisakan pilihan-pilihan berganda, yang pada akhirnya akan bermuara pada semua premis terdahulu adalah salah atau seluruh jawaban adalah betul. Disinilah kebetulan akan mencapai derajat pemahaman yang sama dengan kebenaran. Kebetulan pada saat itu saya ada di sana, dan kebenaran pada saat itu berpihak pada saya.
Globalisasi 1.0 (1492-1800): Dunia susut dari besar menjadi sedang, prosesnya terkait pada negara dan otot. Seberapa gigih, seberapa kuat otot dan seberapa besar tenaga kuda, tenaga angin, dan tenaga uap yang dimiliki negara serta seberapa besar kreativitas pemanfaatannya akan mendorong globalisasi.
Globalisasi 2.0 (1800-2000): Dunia susut dari sedang menjadi kecil, prosesnya terkait pada perusahaan-perusahaan multinasional. Dimotori jatuhnya biaya transportasi karena mesin uap dan kereta api, dilanjutkan dengan jatuhnya biaya telekomunikasi karena telegraf, telepon, PC, satelit, serat optik dan www versi awal. Terjadi pergerakan barang dan informasi antar benua membentuk pasar global berupa perdagangan barang dan tenaga kerja antarpasar.
Sembilan fenomena pendataran dunia berkolaborasi menciptakan situasi yang merangsang terciptanya Globalisasi 3.0 (2000-sekarang). Fenomena tersebut adalah meluapnya kreativitas masyarakat dunia yang dicirikan dengan runtuhnya tembok Berlin sebagai ikon pengekang kebebasan peninggalan masa lalu. Dan kemudian semua orang menjadi semakin mudah terhubung satu sama lain, konektivitas antar individu meledak karena berkembangnya web dan internet. Perangkat lunak workflow memicu kolaborasi yang sebelumnya tak pernah terbayangkan: membuat proyek bersama dari berbagai pelosok dunia tanpa perlu bertatap muka, sepanjang format datanya bisa didigitasi, semuanya bisa dikolaborasikan lewat internet. Uploading berkembang menjadi kekuatan baru masyarakat, dimana individu-individu semakin mudah mengekspresikan opini, penemuan, pengaruh dan segalanya melalui blog dan kolaborasi model wikipedia. Masyarakat bebas mengekspresikan dirinya, tak perduli apapun yang menjadi dasar ideologinya. Sistemnya hanya mengatur pencatatan dan metode penelusuran apa dan siapa yang melakukan uploading. Mengenai isi, silahkan masing-masing individu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.
Outsourcing berkembang dari melakukan pekerjaan masal dan murahan menjadi semakin terspesialisasi dan tidak lagi murahan. Tuntutan sebagai produsen berbiaya murah mewajibkan setiap entitas bisnis mencari terobosan yang mampu menembus tembok tujuh lapis, dan outsourcing muncul sebagai alternatif yang tak terelakkan. Sebagai contoh, India mendapat manfaat dari boomingnya pekerjaan kasta sudra dalam pemrograman komputer berupa pemeriksaan ketaatan masing-masing baris perintah dalam bahasa program terhadap milenium bug (Y2K). Mereka mendapatkan pekerjaan murahan yang ternyata memberikan kesempatan kepada para insinyurnya di Bangalore untuk belajar mekanisme pembuatan program yang memungkinkan mereka menjadi pembuat perangkat lunak saat ini. Meledaknya bom broad band memberikan akses jalan raya informasi dari AS ke India dengan biaya murah. Investor yang membangun kapasitas broad band secara jor-joran dengan biaya mahal akhirnya bangkrut karena excess supply, mereka mengembalikan proyeknya ke bank. Pihak bank kemudian melelangnya dengan harga hanya 10% dari nilai bukunya sehingga sewa saluran broad band menjadi sangat murah dan dapat dimanfaatkan oleh negara seperti India untuk menghubungkan dirinya dengan AS. Sialnya, saluran broad band ini hanya dibangun seperti jaringan jalan raya bebas hambatan antar negara, tetapi di dalam negaranya sendiri tetap memakai jalan biasa yang sempit dan macet. Alhasil yang menikmati investasi broad band yang dikembangkan AS adalah negara-negara seperti India dan China. Semua pekerjaan yang secara fisik bisa didigitalisasi, berarti bisa dipecah-pecah menjadi pekerjaan-pekerjaan yang lebih sederhana, dan pekerjaan tersebut bisa dikirim ke tempat lain melalui jalan raya informasi dengan cepa, adalah kategori pekerjaan yang bisa di outsource: baik berupa barang ataupun jasa. Memang jasa tertentu seperti memasak tidak dapat di outsource, tetapi reservasi restoran terbaik dengan menu favorit tertentu tetap dapat di outsource.
Outsourcing berarti memindahkan pekerjaan ke luar perusahaan, dan secara fisik perusahaannya masih ada di tempat dia berada. Offshoring adalah memindahkan basis perusahaan ke luar negeri dengan pertimbangan efektivitas dan efisiensi ekonomi. Sekali lagi kekuatan uang atas nama efektivitas dan efisiensi menjadi ideologi kaum pemuja offshoring. Karena susah mencari tenaga kerja yang cekatan, pandai dan mau menerima gaji murah di negara ini, maka pemilik memindahkan perusahaannya ke negara yang kondisinya paling favorable. Selesai! Seekor singa Afrika harus lari untuk mengejar seekor kijang yang akan dimangsanya. Sementara itu si kijang harus lari untuk menyelamatkan dirinya dari terkaman singa. Ketika si kijang berhasil menyelamatkan diri, manusia mengejek singa karena tidak becus menangkap kijang. Singa hanya mengaum enteng: walaupun kami sama-sama berlari, bagiku lari itu hanyalah soal makan siang, sedangkan bagi kijang itu lari adalah masalah hidup matinya. Tidak perduli kami menjadi pemangsa atau calon mangsa, kami tetap harus berlari, bebeh. AS adalah singa, sedangkan China adalah kijangnya. Dalam kasus ini, larinya kijang lebih kencang dari singa karena kijang tahu kalau dia tidak bisa lari maka tamatlah riwayatnya.
Terlalu banyak lemak menyebabkan daging tidak sehat dan mengandung kolesterol jahat yang tinggi sehingga orang yang memakannya bisa cepat mati. Dalam bisnis, terlalu banyak biaya yang tinggi menyebabkan cost overrun juga bisa menyebabkan perusahaan mati. Sebagai konsumen yang berbelanja di toko seperti Walmart, kita sangat senang karena menikmati efisiensi rantai pasokannya (supply chaining) sehingga mendapat barang dengan harga yang lebih murah. Dalam konteks ini, kita mendukung rantai pasokan yang efisien, dan memang ini membuat dunia menjadi lebih datar sehingga organisasi dapat bergerak lebih luwes di dunia yang semakin mengecil. Walmart membeli dalam jumlah besar (skala ekonomi) dari pemasok di China dan logistiknya disentralisasi di Arkansas. Dengan melakukan distribusi inbound logistic sendiri, Walmart mampu memotong marjin biaya sampai 5%. Sementara dalam konteks lainnya, sebagian karyawan Walmart harus menerima tunjangan kesehatan yang lebih kecil dari rata-rata industri, dan perusahaan meminta asuransi kesehatan karyawannya dibayar oleh negara. Karyawan Walmart menggerutu, dan satu-satunya institusi (kalau bisa disebut institusi) yang mendukung manajemen Walmart dalam kasus ini hanyalah Wallstreet (bukan kebetulan karena sama nama awalnya). Disinilah kita menghadapi paradoks, kita ingin efisiensi tetapi tetap ingin gaji dan tunjangan yang mahal. Ini seperti sekelompok bule di mal mangga dua yang membeli DVD bajakan seharga Rp 5.000,- per keping, tetapi di negaranya menggugat praktik pembajakan tersebut. Saya pribadipun mengaku dosa dengan memfotokopi buku teks dari perpustakaan, tetapi mengutuk keras praktik fotokopi yang dilakukan orang lain terhadap buku yang saya terbitkan. Akhirnya saya katakan kepada penerbit, untuk lebih mempertimbangkan harga jual buku dengan marjin yang lebih kecil sehingga biaya fotokopi dan jilid hampir sama dengan membeli buku aslinya. Kalau sudah begini, bukan hipokrit lagi kalau saya menyumpah-serapahi orang-orang yang tetap tega memfotokopi buku saya.
Untuk perusahaan kecil yang memiliki sumberdaya terbatas sehingga tidak mampu melakukan penghematan melalui pembuatan rantai pasokan sendiri, maka ada perusahaan seperti UPS yang bidang utamanya bergerak dibidang logistik dan memiliki kapasitas sangat besar tidak hanya dalam jasa logistik tetapi juga jasa lain-lainya. Jika orang yang membeli notebook Toshiba dengan term garansi tertentu mengalami kerusakan, maka mereka mengirimkan notebooknya ke pusat pelayanan Toshiba dengan menggunakan jasa kurir seperti UPS. UPS kemudian menawarkan jasa kepada Toshiba: Daripada anda melakukan sendiri perbaikannya, mengapa tidak kami saja yang menerima kiriman notebook bermasalah itu, kemudian kami perbaiki, dan kami kirimkan kembali kepada pelanggan anda, atas nama Toshiba. Kami hanya akan membebankan biaya pelayanan tertentu di atas biaya suku cadang yang rusak. Inilah praktik insourcing. Dan jika ada cukup banyak perusahaan seperti Toshiba, Dell dan HP memberikan bisnis ini kepada UPS, maka bisnis inipun akan berkembang menjadi salah satu pendapatan tambahan bagi UPS. Di luar sana, banyak perusahaan yang memiliki hal-hal istimewa dan hanya soal waktu untuk mempertemukan mereka dengan perusahaan sejenis UPS yang memiliki kemampun insourcing hebat untuk saling berkolaborasi bagi kepentingan bersama.
Dunia menjadi semakin datar dengan terciptanya in-forming. Google, Yahoo, dan MSN telah menyediakan sarana dan prasarana sehingga individu-individu semakin mudah terhubung secara masif dan produktif.
Keseluruhan fenomena ini dipercepat dengan stimulan perangsang berupa teknologi digital yang semakin maju, teknologi bergerak (mobilitas), personalisasi para individu, realitas virtual yang berderap terpadu dengan tema konvergensi. Hidup menjadi semakin mudah terhubung dalam skala yang tidak terbayangkan sebelumnya, dan inilah Globalisasi 3.0 (2000-sekarang): Dunia susut dari kecil menjadi sangat kecil sehingga mendatarkan dunia, prosesnya terkait pada pemberdayaan individu-individu, kelompok-kelompok dan segala keragamannya. Dimotori oleh 10 pendatar yang dipaparkan sebelumnya, fenomena ini menciptakan trio konvergensi yang mampu mendatarkan dunia melalui proses integrasi, horisontalisasi, dan koloborasi horisontal.
Konvergensi pertama menciptakan lapangan permainan yang baru melalui proses integrasi. Konvergensi kedua menciptakan proses baru melalui proses horisontalisasi. Konvergensi ketiga mencipatkan kolaborasi horisontal melalui proses pembentukan kebiasaan baru. Keseluruhan konvergensi inilah yang menciptakan pendataran dunia sehingga dunia menjadi datar. Inilah fenomena dunia datar di suatu siang di daerah tropis.
Bacaan Lebih Lanjut:
Friedman, T.L. 2005. The World is Flat: A Brief History of the Twentieth-First Century. Farrar, Straus and Giroux. New York.
Tuesday, April 24, 2007
My Heart
Terbersitlah suara dengan panjang gelombang lamda1 yang menimbulkan perasaan cinta dan lamda2 yang menimbulkan perasaan murka. Interaksi nada dan irama masing-masing lamda dilakukan dengan pitch control yang sangat prima oleh seorang aktor berbakat alam sehingga menghasilkan warna bunyi yang sexy abiis dan penuh ornamen watak. Keindahan tafsir aktor yang sangat melek-nada ini benar-benar menghasilkan nada yang sebenar-benarnya nada (gracias!). Hidup serasa hampa tanpa kehadirannya, dan kehidupan serasa tak bermakna tanpa dirinya, my heart yang sweet hart membuat sweat my heart.
Inilah sebenar-benarnya hidup dimana kebetulan telah sama dengan kebenaran yang dimanipulasi secara gramatikal. Jika kita memilih secara benar, maka itulah sesuatu yang betul. Padanan kata betul dengan benar adalah tafsir leksikal antara true, truth dan right. Untuk seluruh dimensi yang telah menjadi my heart, maka tidak penting lagi perbedaan di antaranya. My heart telah menyamakan semuanya sebagai sesuatu yang pas dengan suasana hati saat ini. Tak peduli apakah my heart telah menjadi sweet heart ataupun sweat my heart. Inilah konteks budaya populer Indonesia hari ini: seorang murid SD yang telah mengenal dan menduakan cinta sehingga bingung harus memilih satu di antara dua wanita. Di antara latar belakang lagu aku ini pencinta wanita, seorang murid SD menyatakan keinginannya untuk menjadikan si dia sebagai pacarnya. Ancuur, bagaimana nih, koq KPI diam saja melihat sinetron seperti ini di ruang publik. Sementara sebagai orang tua yang membimbing anak-anak pada saat nonton televisi, sungguh perasaanku terharu biru ketika kulihat anakku yang belum berumur 8 tahun tersenyum malu-malu melihat percintaan anak monyet versi my heart yang membuat sweat my heart.
Koq tega bener sih stasiun SCTV menayangkan acara yang berdampak moral sangat besar terhadap tunas bangsa. Kalau korbanya acara smack down adalah mati dengan kepala bengkak, maka calon korbannya my heart memang tidak akan mati tapi hanya perutnya yang bengkak seperti padi membunting.
Monday, April 23, 2007
Thread Ligthly
Demikianlah perjalanan hidup suatu ketika. Suatu ketika kita menyadari thread lightly adalah sifat alamiah kehidupan manusia. Kita hidup di negeri bencana dimana satu bencana akan memicu bencana berikutnya. Demikian pula jika kita salah memasuki babak sandiwara kehidupan, dimana ketika babak pertama harus berganti dengan babak belur. Kesalahan (kalau memang bisa disebut kesalahan), akan membawa pada jalur kesalahan berikutnya. Demikianlah masalah berteman dengan masalah dalam peternakan masalah kita.
Lalu ketika kita memutuskan sesuatu yang akan kita jalani, dan ternyata rencana strategis itu hanyalah rencana yang dibangun seperti piramida kertas, dimana kesalahan dalam salah satu pasal di dalam lembar kertas itu bisa menyebabkan bisa dalam arti yang mematikan, dan perlahan-lahan kita menyadari dan melihat lembar demi lembar kertas dalam piramida kehidupan kita bertebaran jatuh berserakan. Ketika musim gugur tiba, autumn leaves adalah sumber inspirasi yang mencerahkan, dan terbukti banyak seniman yang tercerahkan dengan penasbihan karya-karya monumental tentang hikayat daun-daun berguguran.
Tetapi ketika sebagian jiwamu terikat erat dalam lembaran di atas piramida kertas, tatkala salah satu susunan kertasmu keliru kau tuliskan, maka kertas-kertas yang berguguran adalah nyeri dada bak serangan jantung koroner menanti lembar-lembar terakhirmu rontok ke lantai, seiring dengan nyeri yang semakin tajam menarik tali jiwamu dari raga yang penuh penyesalan. Tak ada keindahan dan pencerahan di sana. Yang bisa didapatkan hanyalah kesakitan dan pembelajaran. No pain no gain. Terlalu banyak kesakitan yang diderita memerlukan counterpain untuk meringankan penderitaan, meluruskan dan menata kembali otot-otot yang kusut menjadikan hidup normal kembali.
Counterpain bukanlah melulu salep yang dioles kebagian yang sakit. Counterpain ini adalah keberanian jiwa dan akal pikiran untuk melakukan langkah pengorbanan demi menggapai kemenangan akhir. Mengorbankan kenikmatan hidup demi pencapaian sesuatu yang lebih hidup adalah philosofi hidup yang sebenar-benarnya: ”Memang hidup ini susah, tetapi lebih susah lagi kalau tidak bisa hidup!” kataku sambil bersiul di dalam kabut misteri kehidupan.
Lihatlah dalam sinar bulan di malam dingin yang mencekam, kita akan menemukan jalan di balik kelap-kelip cahaya aurora di ujung sana. Waktunya tidak akan lama, sebentar lagi tibalah saatnya memanggul pelangi di atas pundak, dan membawakan semburat warna-warni keceriaan di dunia yang semakin muram. Hai, lagi-lagi hukum thermodinamika mewujudkan kebenarannya dalam teori panah waktu, entropi semakin meningkat secara spontan dengan bertambahnya waktu. Setidaknya, inilah sebagian retorika dibalik logika. Di balik entropi tersimpan wacana Tuhan akan kehidupan setelah kehidupan.
Teori Domino dalam Organisasi
Hidup ini adalah sebuah permainan, dan melalui permainan kita dapat meningkatkan pemahaman kita tentang hidup dan kehidupan, termasuk berorganisasi. Manusia adalah Homo ludens, makhluk yang bermain, dan sudah banyak teori tentang permainan yang berkembang di dalam masyarakat, tetapi yang paling universal dan tua mungkin adalah sebuah permainan yang disebut domino.
Teori domino yang saya kemukakan disini bukanlah teori domino neo-klasik tentang kekhawatiran Amerika akan bahaya merah seiiring dengan rontoknya Vietnam Selatan yang seakan-akan mengecat Asia Tenggara menjadi area merah dalam peta dunia di gedung putih.
Teori domino yang saya kemukakan adalah teori domino klasik yang merupakan suatu analogi proses pembinaan modal insani (human capital) dalam konteks organisasi mencapai visi dan misinya sesuai dengan yang diamanatkan dalam anggaran dasar setiap organisasi.
Siapa orang yang tidak kenal permainan domino? Rasanya boleh dikatakan hampir setiap orang mengenal permainan dengan kartu yang bertotol-totol merah itu. Aturan permainannya pun sangat sederhana, yaitu jika suatu kelompok 4 orang memainkan 7 kartu, maka siapa yang paling dahulu menurunkan atau menghabiskan kartunya maka dia menjadi juara.
Dalam setiap permainan, selalu ada yang menang dan yang kalah. Dalam realitas, hanya ada satu tempat yang terbaik bagi si pemenang dan si kalah harus rela duduk di bangku permainan, tanpa menjadi siapa-siapa. Wajar bila pecundang mendapat hukuman, dan jaman ketika saya masih kecil dahulu biasanya yang kalah akan diberi gantungan ‘batu betere’ di telinganya. Dalam versi yang sedikit berbeda, mungkin hukuman itu diberikan dengan hiasan berupa ‘jepitan jemuran’ di telinga. Semakin sering anda kalah dalam permainan ini, semakin banyak batu batere atau jepitan jemuran yang menghiasi telinga anda.
Bila anda berada dalam situasi yang kalah, maka permainan anda akan tertekan karena adanya suatu keinginan untuk segera memenangkan permainan supaya beban jepitan segera dilepaskan. Semakin tertekan permainan anda, semakin rusak penampilan anda, dan akhirnya sebuah jepitan baru bertambah lagi di telinga anda.
Jika jepitan itu sudah sedemikian indahnya sehingga membentuk bunga di kedua telinga anda, maka anda harus siap ditertawakan oleh para pemain lainnya. Mereka akan semakin keras tertawa untuk merusak permainan anda, sehingga anda semakin kalah dan mereka tetap rileks sebagai pemenang. Karena jepitan yang semakin menekan, anda mungkin mulai menginginkan keajaiban untuk memenangkan pertandingan dengan membuat angka ganda (double strike), sehingga angka awal permainan sama dengan angka terakhir yang anda turunkan, dan semua jepitan akan lepas dari telinga anda.
Godaan untuk memenangkan pertandingan dengan double strike semakin menjadi obsesi, dan kadang kala anda mulai menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Jalan pintas berupa berbagai bentuk kecurangan mungkin mulai dipraktekkan, entah dengan menukar kartu secara diam-diam atau melakukan tindakan ilegal lainnya.
Akhirnya setelah semua usaha gagal dilakukan, permainan terpaksa dihentikan karena sudah tidak ada lagi tempat yang tersisa di kedua telinga untuk menerima jepitan jemuran itu lagi. Telinga sudah merah, dan anda kalah. Anda harus keluar dari permainan. Karir anda sebagai seorang pemain telah tamat.
Dalam dunia bisnis, permainan yang serupa terjadi di dalam setiap organisasi. Setiap orang, baik pimpinan maupun bawahannya akan memainkan permainannya, dan setiap orang ingin memenangkannya. Namun malangnya, tidak setiap orang dapat menjadi pemenang, dan orang yang paling baik komposisi kartunya (biasanya berkorelasi positif dengan wewenang struktural) cenderung akan memenangkan pertandingan, dengan mendikte permainan sesuai yang diinginkannya.
Komposisi kartu yang baik tidak mutlak akan memenangkan permainan. Kartu yang jelek juga tidak mutlak akan selalu kalah. Bagaimana mengetahui kelemahan diri dan kekuatan diri sendiri, akan menjadi modal untuk mengadu kartu yang dimiliki. Bila sudah jelas kuat dilawan dengan kuat, dan kita tahu bahwa kita tidak cukup kuat untuk mengatasinya, bermain pintar mungkin merupakan alternatif solusinya. Kalah diawal, seimbang ditengah, dan menang diakhir bisa dilakukan jika anda cukup pandai bermain dan membaca situasi.
Bila seorang bawahan anda terpaksa kalah dalam permainan yang anda ciptakan, ia akan tertekan dan berusaha segera membayar kekalahannya. Dalam situasi depresi, kemampuan bawahan akan semakin menurun dan hasilnya semakin mengecewakan.
Dalam permainan domino, si kalah akan ditertawakan. Dalam organisasi, si kalah akan dilecehkan. Dunia bisnis adalah pulau-pulau dengan samudera raya yang luas dan ganas, dan di lautan itu semua orang adalah hiu yang berenang dengan sekelompok hiu lain. Jika anda normal, semua hiu adalah teman, tetapi jika anda kalah dan mulai berdarah, semua yang mengatakan dirinya teman anda justru akan berusaha mencabik-cabik dan memangsa anda. Inilah kenyataan hidup hiu di samudra raya dunia bisnis.
Terkaman dari sesama hiu adalah metafora dari bentuk pelecehan dan penghinaan yang tercipta di dalam organisasi. Hiu yang luka akan berjuang supaya jangan mati dengan semangat yang sangat mengagumkan. Karyawan yang terluka dan merasa dikalahkan akan mengambil jalan pintas untuk mengatasi masalahnya. Ia akan berusaha menyelesaikan permainannya dengan double strike, dan dalam kehidupan nyata sangat jelas terlihat seperti pada jaman SDSB masih diperbolehkan dahulu: gali lubang tutup lubang. Semakin banyak lubang digali dan ditutup, akhirnya terperosok dalam lubang yang digalinya sendiri. Dalam metafora hiu, maka hiu itu akan mati tercabik-cabik secara mengerikan oleh sesama hiu dalam tatanan organisasi hiu tersebut. Sejumlah bakat yang mungkin sangat mengagumkan telah lenyap karena sistemnya tidak dapat menerimanya.
Perusahaan sebagai organisasi yang sarat dengan permainan tidak akan lepas dari ‘politik kantoran’ (office politic) dan intrik. Setiap orang yang masuk ke dalam pusat kekuasaan, cenderung tergoda untuk memuaskan dirinya untuk selalu menjadi pemenang dan mendiktekan keinginannya dalam setiap permainan. Dalam realita di lautan organisasi, politik kantoran adalah tingkatan lebih tinggi dari metafora hiu, karena politik kantoran telah menciptakan suatu mekanisme sistem yang mengatur hiu mana yang harus dilukai, dan hiu mana yang harus dipelihara keberadaannya karena memang termasuk hiu jinak yang tidak akan membahayakan sistemnya, demi melanggengkan suatu cara untuk tetap berkuasa.
Management by conflict yang sering dijumpai dalam organisasi yang terlanjur besar, adalah proses penciptaan makhluk meta-virtual yang mungkin lebih ganas dari pada hiu dan suatu saat akan berubah ujud menjadi suatu kekuatan yang akan menerkam sang kreator bila mereka melihat pusat kekuasaannya sudah mulai melemah karena proses penuaan organisasi ataupun di intervensi oleh kekuatan lain yang lebih besar dari luar perusahaan. Melalui permainan domino, permainan dapat dinikmati oleh semua orang, apabila seorang pimpinan tidak selalu harus menang dalam setiap sesi, walaupun secara struktural ia mampu mendikte permainan.
Pemimpin yang baik, secara arif dan bijak, akan membuat permainan berjalan secara adil. Ia tidak akan mencemooh si kalah tetapi membesarkan hatinya, sehingga beban yang ditanggung akan berkurang dan masih mengharapkannya memenangkan sesi selanjutnya. Dengan permainan yang adil dan seimbang, tidak akan ada karyawan yang berusaha mengambil jalan pintas untuk melakukan penghalalan segala cara demi memenangkan permainan. Pemimpin yang baik akan bersedia menerima hukuman apabila ia terbukti salah dan kalah dalam permainan yang aturannya telah ia gariskan sendiri.
Apakah seorang pemimpin yang baik, dalam suatu permainan di lautan organisasi, akan membiarkan sesama awak perahunya saling mencabik demi kemenangan departemennya masing-masing, sementara haluan kapal itu entah mengarah kemana? Dan apakah seorang pemimpin akan mendapat respek dari bawahannya apabila ia terbukti berbuat salah dalam keputusannya, tetapi ia tetap ngotot untuk menjalankannya? Atau adilkah seorang pemimpin yang menggantung suatu keputusan sehingga permainan tertunda dan membiarkan para pemain lain menunggu dengan telinga penuh jepitan? Bermain domino dalam waktu senggang tidak memperdulikan harus menang atau kalah, tetapi bermain domino dalam organisasi adalah suatu kearifan dan seni yang membutuhkan jiwa besar, baik bagi yang sedang menang maupun yang sedang kalah.
Friday, April 20, 2007
Adakah yang Akan Mendoakan Kita?
Malaikat memulai pembicaraan, "kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia! Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ... " kata si Pengusaha ini dengan yakinnya. Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit." Dengan lembut si Malaikat berkata, "anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu." Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka." Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu." Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tau kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tau dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tau dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat. Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi Pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya. Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang! Dengan setengah bergumam dia bertanya, "apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku, teman kuliahku tidak ada yang berdoa buatku?" Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi merekatidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah." Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu. Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00." Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu. Bukankah itu Panti Asuhan? kata si pengusaha pelan. Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tau tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.
Thursday, April 19, 2007
Pembantai Virginia Tech. University
Semakin lama pikirannya semakin liar dan tak terkendali menghadapi ketidakadilan hidup, dan menganggap dunia tidak berpihak kepada dirinya. “Kalian telah merusak hatiku, memperkosa jiwa dan menghancurkan keyakinanku. Kalian pikir aku hanyalah seorang anak lelaki yang lelah menjalani kehidupan yang kalian umbar. Terima kasihku untuk kalian semua, aku mati seperti Yesus Kristus, yang memberi inspirasi kepada orang-orang yang lemah dan tak berdaya,” ujar Cho di depan kamera sambil menunduk membaca manifestonya yang dikirim melalui pos ke NBC satu jam sebelum melakukan pembantaian pertama di asrama mahasiswa.
“Aku tidak ingin melakukan ini. Aku bisa pergi. Aku bisa kabur,” ujarnya. “Tapi tidak, aku tak akan menghindar lagi. Ini bukan untukku. Ini untuk anak-anakku, untuk saudara-saudaraku. …. Aku lakukan ini untuk mereka.”
Apakah gerangan yang dihindarinya? Apakah ini tangisan terakhir, jeritan minta pertolongan, atau pertunjukkan terakhir kebencian yang menggumpal? Apa yang ada di dalam batok kepala Cho sehingga dia berpikir dan membandingkan dirinya dengan Yesus? Apa yang dipikirkan dalam benaknya ketika dia menatap kamera dan meninggalkan pesan terakhirnya kepada dunia?
“Kalian memiliki ratusan juta kesempatan dan jalan untuk menghindari apa yang terjadi hari ini,” ujarnya. “Tapi kalian telah memutuskan untuk menumpahkan darahku. Kalian menyudutkanku dan hanya memberiku satu pilihan. Keputusan ini adalah pilihan kalian. Sekarang tangan kalian berlumuran darah yang tidak akan bisa tercuci selamanya.” Target kebencian Cho adalah mahasiswa Virginia Tech, dimana dia telah menembak secara membabi buta dan membantai 32 orang, sebelum membunuh dirinya sendiri pada hari Senin yang lalu (16 April 2007).
Kecemburuan sosial yang telah menjadi kecemburuan patologis itu dipicu oleh ketidakadilan yang dipendamnya. “Mercedesmu tidak cukup, kalian tidak bersyukur. Kalung emasmu tidak cukup, kalian snob. Dana perwalianmu tidak cukup. Vodka dan cognac-mu tidak cukup. Semua kenikmatan hidup kalian yang berlebihan itu juga masih belum cukup. Semua itu tidak cukup untuk memuaskan nafsu hedonistik kalian. Kalian menginginkan semuanya.” Sementara Cho, nampaknya tidak memiliki apa-apa. Dia tidak memiliki teman, tidak memiliki kehidupan kampus yang normal, dan tidak memiliki tujuan hidup.
Sungguh banyak orang-orang pinggiran yang labil dalam kehidupannya. Tanpa pegangan yang kuat, selalu ada potensi besar bagi mereka untuk tergelincir dan merubah kecemburuan sosialnya menjadi kecemburuan patologis. Ditambah dengan budaya senjata di AS yang masih terobsesi jaman koboi wild wild west, maka sempurnalah akses untuk meledakkan kecemburuan patologis tersebut menjadi aksi penembakan masal seperti pembantai Virginia Tech. Cho adalah satu dari sekian orang yang memiliki motif internal dan mengakumulasikannya dalam kegamangan hidupnya. Dan ketika dia telah melewati titik keseimbangannya, dia merasakan jiwanya tak bermakna dan tak ada lagi tujuan hidupnya. Dia ingin mati, dan ingin kematiannya menyeimbangkan apa yang dianggapnya tidak seimbang. Dia lalu terbangun pada senin pagi (16 April 2007), mengemasi senjatanya, mengisi semua amunisi, mengirimkan foto, video dan pesan terakhir lewat pos, pergi ke asrama mahasiswa dan membunuh dua orang. Satu jam kemudian, dia masuk ke ruang kuliah dan secara acak membunuh 30 orang, sebelum kemudian menembak dirinya sendiri. Cerita ini bagi Cho telah selesai dan NBC kemudian menyiarkan manifestonya. Pesan yang diinginkannya juga telah tersebar. Sekarang terpulang bagaimana kita sebagai masyarakat menyikapi hal ini: Apakah keamanan masyarakat harus diatur secara eksternal (dengan pembatasan senjata api), atau secara internal (memberikan keteduhan melalui nilai-nilai pegangan hidup sehingga membuat hidup menjadi bermakna)?
Mudah bagi kita sebagai pengamat untuk berkata-kata, karena kita tidak memiliki keterikatan emosional dengan peristiwa yang terjadi. Bagaimana dengan keluarga korban, seperti Sugiyarti (56) ibu dari Partahi Mamora Halomoan Lombantoruan (Mora) yang meninggal. “Anakku cuma sekolah, mengapa ditembak?” Matanya sembab karena terlalu banyak meneteskan air mata. Pandangan matanya menerawang, dan seusai membisikkan nama anaknya, tangis kembali tak terbendung dan air matanya jatuh berderai.
Mora adalah korban yang berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Dan kesalahan demi kesalahan itu adalah dimensi takdir yang ditentukan oleh Tuhan yang Maha Kuasa untuk menyeimbangkan piramida dasar dan piramida ubun-ubun dalam masyarakat manusia. Kalau tidak ada keseimbangan homestasis di alam, apakah yang akan terjadi dengan peradaban manusia? Apa yang akan terjadi bila tidak ada perang dan kelaparan sehingga manusia semakin beranak-pinak sehingga daya dukung lingkungan semakin menurun, kualitas hidup menurun, dan manusia akhirnya menjadi srigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus). Perang dan kelaparan adalah mekanisme besar yang diciptakan Tuhan untuk keseimbangan. Pembantaian Virginia Tech. adalah pesan untuk masyarakat AS khususnya, dan dunia umumnya, bahwa jiwa yang tercabik-cabik akan menggoyangkan keseimbangan-keseimbangan kecil untuk memperbaiki kualitas hidup manusia di masa depan. Jika jiwa yang koyak itu bersemi di dalam raga seorang yang berkuasa, maka Hitler kedua akan memporakporandakan peradaban manusia dengan pembantaian yang jauh lebih besar dan dahsyat dari pembantaian Virginia Tech.
Marilah kita kembali kepada alam spritual kehidupan kita, apapun dasar kepercayaan dan agama yang kita yakini. Inilah katup pengaman yang memberikan kepastian dalam manajemen resiko di dunia yang serba tak pasti ini. Percaya dan mempercayai adalah dua subyek yang memiliki pemahaman berbeda. Orang yang percaya adalah orang yang yakin bahwa bila buah apel dilempar ke atas maka dia akan jatuh ke bawah karena gaya gravitasi bumi. Orang yang menonton seorang ahli akrobat berjalan di atas tambang terbentang antara lantai 60 menara kembar Petronas di Kuala Lumpur, percaya bahwa dia bisa berjalan di atas tambang tersebut setelah melihatnya berjalan dari menara pertama mencapai ujung tambang di menara kedua, sebagaimana mereka percaya hukum gravitasi.
Wednesday, April 18, 2007
Dasar-Dasar Islam
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah rabbil alamin. Washalatu wassalamu ala asyrafil mursalin muhammadin wa ala aaliihi wa shahbihi ajmain. Amma ba’ du.
Alhamdulillah pada kesempatan ini saya dapat bertemu muka dengan bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang dirahmati dan dimuliakan Allah. Harapan saya semoga pertemuan ini membawa manfa’at bagi kita semua. Amien.
Kaum muslimin yang berbahagia, fadzakir inna faati dzikra, sampaikan walaupun hanya satu ayat. Dalam pemahaman dan pencarian makna islam yang tak kunjung selesai, saya memberanikan diri ini untuk berbagi pemahaman ini dengan bapak, ibu, saudara sekalian.
Setiap orang beriman yang menyatakan dirinya Islam tentunya harus memenuhi kriteria yang menyatakan keislamannya. Apa yang menyebabkan seseorang layak menyebut dirinya muslim? Apakah bila kita dilahirkan oleh orang tua yang muslim, apakah secara otomatis kita merupakan orang islam?
Suatu keyakinan adalah suatu proses perenungan yang mendalam untuk kemudian meyakininya sebagai suatu kebenaran. Kemampuan seseorang untuk memahami dan meyakini sesuatu sangat tergantung kepada bagaimana cara orang tersebut terhubung dengan sesuatu tersebut. Jika kita bisa membuat jalan yang lapang dan lancar terhadap sesuatu itu, maka informasi apa yang akan kita simpan di dalam otak atau kita buang akan sangat tergantung pada keinginan kita. Tidak ada orang yang bisa memaksakan informasi tertentu yang harus kita ingat dan informasi tertentu yang harus kita lupakan.
Seseorang yang dibesarkan dalam kondisi keluarga yang islami, cenderung untuk menjadi muslim. Tetapi tidak setiap muslim secara serta merta merupakan mukmin. Adanya istilah ”islam KTP” merupakan fenomena yang dapat kita lihat di dalam keseharian kita.
Pengetahuan yang dihimpun dalam domain kognitif (menurut taksonomi Bloom) saja tidak cukup. Peng-alam-an adalah merubah yang kognitif secara terus-menerus menjadi suatu kebiasaan (psikomotorik) sehingga setelah rutin dilaksanakan akan (menjadi) mendarah-daging, sehingga menjadi suatu perubahan sikap yang permanen (afektif).
Kaum muslimin yang berbahagia, seperti seorang yang mepelajari agama (Islam), secara kognitif dia tahu rukun Islam (misalnya sholat 5 waktu), tetapi apabila dia tidak membiasakan dirinya untuk sholat secara rutin, maka perintah untuk mendirikan sholat itu hanya sebatas pengetahuannya saja. Tipe orang seperti ini dapat berdebat soal rukun sholat dengan hebat, dan dia menguasainya. Akan tetapi bila dia disuruh melaksanakan sholat, maka mungkin saja (karena jarang dilakukannya) dia lupa harus membaca surat apa, harus sujud berapa kali, dan seterusnya dan sebagainya.
Seseorang yang tahu aturan sholat dan menjalankannya secara rutin (tanpa ketinggalan), diyakini, bahwa dia pasti bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan baik dan benar. Dan lebih jauh lagi, bila seseorang yang sudah terbiasa sholat secara teratur dan lengkap, apabila waktu sholat telah tiba dia akan merasa resah dan gelisah bila belum menunaikan kewajibannya, walaupun mungkin saat itu sedang mengikuti rapat kerja dengan atasannya (yang misalnya berbeda agama/keyakinannya).
Dalam bulan Ramadhan ini, saya ingin berbagi pemahaman tentang konsep puasa dalam Islam sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."
Kaum muslimin yang berbahagia, seseorang baru dapat dikatakan muslim kalau sudah menegakkan rukun islam, yaitu beriman dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, melakukan puasa, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
Rukun islam dapat dianalogikan sebagai sebuah rumah, dimana mengucapkan dua kalimat syahadat adalah pondasinya. Tanpa adanya pondasi, tidak akan ada rumah. Tanpa mengikrarkan keyakinan pada pengucapan dua kalimat syahadat, seseorang tidak dapat dikatakan islam.
Puasa adalah mesin cuci raksasa yang digunakan untuk mencuci dosa dan kesalahan kita selama 11 bulan dalam waktu 1 bulan penuh. Puasa adalah periode masuk camp pelatihan untuk mempersiapkan diri kita menghadapi tahun yang akan datang. Setelah menjalankan puasa dengan benar, kita akan kembali pada kondisi fitrah. Puasa adalah dinding rumah yang melindungi kita dari debu dan kotoran yang ada di sekitar kita. Rumah yang tidak berdinding apakah layak disebut rumah? Orang yang berpuasa tetapi tidak mendirikan sholat adalah seperti memasang dinding tanpa tiang. Dimana dinding tersebut harus menempel supaya bisa dikatakan dinding? Bagaimanakah dengan perilaku orang yang tidak sholat karena merasa lelah berpuasa?
Membayar zakat adalah mensucikan penghasilan kita dari hak-hak orang lain yang membutuhkannya, sekaligus sebagai mekanisme keadilan sosial bagi umat. Zakat adalah atap yang melindungi rumah kita dari hujan. Zakat berfungsi untuk mensucikan harta kita dari kotoran-kotoran kehidupan ini.
Menunaikan ibadah haji adalah taman yang menghiasi pekarangan rumah kita. Rumah yang kokoh dan taman yang indah adalah tanda kesempurnaan suatu tempat hunian. Apa yang dikatakan orang kalau rumah kita tiangnya tidak lengkap, atapnya bocor, dindingnya compang-camping, tetapi tamannya bagus dan indah? Apakah ini rumah yang sempurna?
Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan semoga ada manfaatnya. Kalau ada kebenaran di dalamnya, ini semuanya datang dari Allah, dan kalau ada kesalahan-kesalahan di dalamnya, ini adalah kelemahan saya sebagai manusia yang dhaif.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Multi Purpose Spoon
Last week, we took some friends out to a new restaurant, and noticed that the waiter who took our order carried a spoon in his shirt pocket. It seemed a little strange, but I ignored it. However, when the busboy brought out water and utensils, I noticed he also had a spoon in his shirt pocket, then looked around the room and saw that all the staff had spoons in their pockets.
When the waiter came back to serve our soup I asked, "Why the spoon?"
As luck would have it I dropped my spoon and he was able to replace it with his spare spoon. "I'll get another spoon next time I go to the kitchen instead of making an extra trip to get it right now." I was rather impressed.
The waiter served our main course and I continued to look around. I then noticed that there was a very thin string hanging out of the waiter's fly.
Looking around, I noticed that all the waiters had the same string hanging from their flies. My curiosity got the better of me and before he walked off, I asked the waiter, "Excuse me, but can you tell me why you have that string right there?" "Oh, certainly!" he answered, lowering his voice.
"Not everyone is as observant as you. That consulting firm I mentioned also found out that we can save time in the restroom." "How so?"
"See," he continued, "by tying this string to the head of you know what, we can pull it out over the urinal without touching it and that way eliminate the need to wash the hands, shortening the time spent in the restroom by 76.39 percent."
"Okay, that makes sense, but . . . if the string helps you get it out, how do you put it back in?"
"Well," he whispered, lowering his voice even further, "I don't know about the others, but I use the spoon."
Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling
Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat di setiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.
Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan di punggung kita dicap sablon besar-besar Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.
Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi-kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luarbiasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.
Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.
Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.
Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?
Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah. Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah? Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.
Bagaimana ini?
Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation), tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana ke mari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.
Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.
Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti dinding keraton, tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.
Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini, cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?
Mau diperiksa dan diusut secara hukum? Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan? Percuma Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya? Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan. Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.
Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.
Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah, kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.
Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit- langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap. Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai. Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.
Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya. Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. "Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka. "Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam. Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kencang lagi. Mereka menangkapku. "Ambil bensin!" teriak seseorang. "Bakar Rayap," teriak mereka bersama. Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku. Seseorang memantik korek api. Aku dibakar. Bau kawanan rayap hangus. Membubung ke udara.
*****
Taufiq Ismail lahir di Bukit Tinggi, 25 Juni 1935, dibesarkan di Pekalongan, Semarang dan Yogyakarta.
Salah seorang pendiri majalah sastra Horison (1966), redaktur senior sampai kini. Alumnus IPB (Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan), 1963. Penyair tamu di University of Iowa, Iowa City (1971-1972 dan 1991-1992). Kuliah di American University in Cairo, 1990, terhenti karena Perang Teluk. Penulis tamu di Dewan Bahasa & Pustaka, Kuala Lumpur, 1994. Menulis dan menghimpun antologi 15 judul buku, a.1. kumpulan puisi Tirani dan Benteng, dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.
Cinta
Dahulu kala, dua bersaudara bersama memiliki sebuah ladang gandum dan sebuah penggilinggan. Setelah bersama-sama bekerja keras setiap hari, mereka membagi rata gandum yang mereka hasilkan.
Suatu hari, sang kakak, yang tidak berkeluarga berpikir,"Ini tidak adil! Saya tidak menanggung hidup siapapun, sedangkan adik saya mempunyai keluarga besar yang harus diberi makan." Jadi setiap malam, setelah hari gelap, dia membawa sebagian gandumnya ke tempat penyimpanan gandum adiknya - dan tidak ada seorangpun yang tahu.
Tidak lama setelah itu, sang adik berkata pada dirinya sendiri ,"Ini tidak adil! Kakak saya tidak mempunyai siapa-siapa, sedangkan saya mempunyai anak laki-laki yang akan tumbuh dewasa dan merawat saya kelak." Jadi setiap malam setelah gelap, dia mengambil sebagian dari gandumnya dan membawanya ke tempat penyimpanan gandum kakaknya - dan tidak seorangpun yang tahu.
Namun, suatu hari mereka secara tidak sengaja bertemu di jalan dan mengetahui apa yang telah dilakukan masing-masing. Mereka menangis bahagia karena kedalaman cinta mereka dan pengabdian bagi satu sama lain.
*****
Berapa orang dari kita yang sering membaca di koran atau melihat di televisi bahwa manusia dan saudara yang saling benci dan tega membunuh demi harta. Mereka adalah kakak beradik yang tega menjadi katak beradik, dan hidup dalam tempurung kesadisan dominansi otak kiri. General anxiety disorder yang datang itu seperti seorang kampung yang mendengar cerita temannya bahwa di kota itu makannya enak pakai garpu, maka ketika dia turne ke kota, langsung saja memesan (mengorder) makanan di restoran mewah : "Bang, pesan garpu 3, cepetin ya ...!" Oh my goodness ....
Long Leave
There are 365 days per year available for work. There are 52 weeks per year in which you already have 2 days off per week, leaving 261 days available for work. Since you spend 16 hours each day away from work, you have used up 170 days, leaving only 91 days available.
You spend 30 minutes each day on coffee break, which counts for 23 days each year, leaving only 68 days available. With a 1 hour lunch each day, you used up another 46 days, leaving only 22 days available for work.
You normally spend 2 days per year on sick leave. This leaves you only 20 days per year available for work. We are off 5 holidays per year, so your available working time is down to 15 days. We generously give 14 days vacation per year, which leaves only 1 day available for work and I'll be darned if you are going to take that day off!
"Marriage is neither heaven nor hell; it is simply purgatory."
-Rita Rudner
Tuesday, April 17, 2007
Pantun Ria
Buah atep
Dulu bencong sekarang tetepp ..............
Buah apel di air payau
Nggak level layauuuuuuu.....
Pohon kelapa, Pohon durian,
Pohon Cemara, Pohon Palem
Pohonnya tinggi-tinggi Bo!
Buah Nanas, Buah bengkoang
Buah jambu, Buah kedondong
Ngerujak dooooooooonggggggg...
Ada padi, Ada jagung
Ada singkong, Ada pepaya
Panen ni yeeeeeeeeeeeee!
Di sini bingung, Di sana linglung
mangnya enak, engga nyambung....
Jaka Sembung bawa golok
kagak nyambung emang goblok
Sayur sop, Sayur kacang
Meking lop yok yang
Kura-kura dalam perahu
Iseng banget tuch kuya...
Jalan kaki ke pasar baru
Jauh boooooooooooo....
Jambu merah di dinding
Jangan marah just kidding
Jauh di mata, dekat di hati
Jauh di hati, dekat di mata
Jauh-dekat tujuh ratus perak
Nemu gesper, di pinggir jalan
Kalo laper, makan tu gesper
Men sana in corpore sano?
Gue maen ke sana, Elo maen ke sono!
Hahaha....palelo ijo
Di sana gunung, di sini gunung,
Ditengah-tengah bunga melati
Saya bingung kamu pun bingung
Kenapa ada bunga melati ???!?
Anak ayam turun ke bumi
Induk ayam naik ke langit
Anak ayam nyari ke langit
Induk ayam nyungsep ke bumi
Mancing ikan di kolam tetangga
Manjat jambu di po'on tetangga
Sungguh enak punya tetangga
Maen-maen ke rumah tetangga yok!!!
Sayur asem sayur sop
laper nich
buah kedong-dong buah tomat
Elu bodong amat
buah tomat buah tomat
saos tomat kali
buah duren di pohon beringin
rese' banget tuch duren....
ayam kurus bulunya banyak
rugi banget yang beli.........
huehehehe dah dulu ye...
Cangkir yang Cantik
Monday, April 16, 2007
Menyelamatkan Kejayaan Industri CPO Indonesia dari 'Ujung Tanduk'
Untuk menyelamatkan kejayaan industri CPO dari ‘ujung tanduk,’ dibutuhkan Dewan Komoditas seperti yang diamanahkan UU Perkebunan No. 18/2004 pasal 19 ayat 2, untuk membangun sinergi antarpelaku (subsistem) usaha agribisnis perkebunan kelapa sawit dan berfungsi sebagai wadah untuk pengembangan komoditas strategis kelapa sawit bagi seluruh stake holder-nya. Dewan Komoditas akan berkembang dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan bisnis nasional, regional dan global secara sustainable, sehingga mampu menjadi penghela ekonomi nasional yang dapat mensejahterakan para pelakunya.
Sistem Agribisnis Kelapa Sawit Indonesia (SAKSI)
Sistem agribisnis terdiri atas sub sistem kegiatan pengadaan sarana produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi primer (budidaya perkebunan), pengolahan (agroindustri hilir), dan pemasaran. Dengan kata lain, agribisnis adalah agroindustri + budidaya perkebunan + pemasaran.
Belajar dari Pengalaman MPOB
Patok duga (benchmarking, yang juga dinamakan ”patok duga praktik terbaik” atau ”patok duga proses”) adalah suatu proses yang digunakan dalam manajemen (terutama manajemen strategis), dimana organisasi mengevaluasi berbagai aspek proses bisnis untuk menghasilkan praktik terbaik di dalam industri, dengan membuat perbandingan sistematik kinerja dan proses organisasi untuk menghasilkan standar baru atau penyempurnaan proses. Model patok duga bermanfaat untuk menentukan bagaimana struktur dan kinerja Dewan Komoditas akan dibandingkan dengan organisasi yang serupa di dalam industri minyak sawit internasional seperti Malaysia Palm Oil Board (MPOB). Suatu patok duga adalah titik referensi suatu pengukuran. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan rencana pengembangan untuk mengadopsi praktik-praktik terbaik tersebut. Patok duga mungkin merupakan proses sekali-jadi, tetapi biasanya diperlakukan sebagai proses berkesinambungan dimana organisasi secara terus menerus menyempurnakan praktik-praktiknya.
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas modal insani dengan melakukan transformasi organisasi pendidikan umum, dengan penekanan pada aspek penalaran, penciptaan pengetahuan dan pengambilan keputusan yang akan berdampak pada ketersediaan modal insani organisasi SAKSI yang berkualitas dan lebih fleksibel
- Melakukan transformasi organisasi SAKSI dengan membentuk Dewan Komoditas sebagai regulator dan fasilitator yang profesional dan adil antar pemangku kepentingan pada seluruh subsistem SAKSI tanpa mengorbankan salah satu subsistem, sehingga SAKSI menjadi lebih terintegrasi. Dewan Komoditas sebaiknya terdiri dari seluruh stake holders baik dari pemerintah (Deptan, Deperind, Depdag, Dephut, Depkeu), asosiasi industri (GAPKI, APKASINDO, AIMMI, APOLIN, dll.), lembaga penelitian (PPKS, BPPT, MAKSI, Peguruan Tinggi, Litbang Perusahaan Besar). Para Menteri duduk dalam Dewan secara ex-officio mewakili masing-masing Departemen Terkait, dan bersidang secara periodik (6 bulan) untuk menentukan Visi, Misi, dan Strategi. Pelaksanaan kerja harian dipimpin oleh Direktur Eksekutif yang bekerja secara profesional dan purnawaktu dengan dibantu kelengkapan pengurus harian sesuai struktur organisasi yang telah disetujui.
- Mengkondisikan Dewan Komoditas untuk merubah budaya organisasi SAKSI melalui mekanisme organisasi pembelajaran sehingga mampu menambah luas areal tanaman dan meningkatkan produktivitas lahan kelapa sawit yang bertujuan untuk mengentaskan sebagian kemiskinan di Indonesia. Dewan Komoditas secara sistematis menggalang dana untuk pembinaan petani pekebun (rakyat) sehingga menjadi lebih produktif, sekaligus memfasilitasi ketersediaan benih unggul bersertifikat, dana peremajaan dan dana stabilisasi harga minyak sawit (lebih memuaskan anggotanya).
- Penggalangan dana oleh Dewan Komoditas dapat dilakukan berupa penghapusan pajak ekspor CPO dan merubahnya menjadi menjadi potongan keuntungan eksportir hasil perkebunan (CESS) yang dikelola oleh Dewan Komoditas. Sebagai pembanding, CESS di Malaysia besarnya RM 15/ton atau sekitar USD 3.95/ton. Alokasi hasil pungutan CESS ini RM 7.25/ton untuk riset dan pengembangan melalui Palm Oil Research Institute of Malaysia – PORIM, RM 2/ton untuk promosi melalui Malaysian Palm Oil Promotion Council – MPOC, RM 1.75/ton untuk Palm Oil Registration and Licensing Authority – PORLA, dan RM 4/ton untuk Safety Net Fund (dana cadangan stabilisasi harga sawit). Artinya, seluruh hasil pungutan kembali ke industri unggulan Malaysia. Sementara akumulasi pajak ekspor CPO Indonesia sampai saat ini tidak pernah dinikmati industri minyak sawit Indonesia. Wacana penerapan CESS oleh Deptan bersamaan dengan pajak ekspor CPO jelas akan membuat industri minyak sawit Indonesia semakin meradang dan sulit bersaing dengan Malaysia.
Kebutuhan akan Dewan Komoditas
Metafora organisasi sebagai makhluk hidup adalah organisasi memiliki badan, pemikiran dan roh. Organisasi bisa lahir, tumbuh, sakit, sembuh, tua dan mati. Organisasi dapat dibuat lebih cepat, lebih pintar, lebih sehat dan lebih bermoral. Hal-hal inilah yang mendasari proses transformasi organisasi SAKSI menjadi organisasi yang berkembang.
Transformasi organisasi adalah seperti perancangan ulang bangunan secara harmonis terhadap arsitektur/kerangka organisasi secara genetik (bekerja secara simultan walaupun dengan kecepatan yang berbeda). Transformasi organisasi dapat dilakukan dengan reframe, restrukturisasi, revitalisasi, dan pembaharuan (renewal). Dalam konsep transformasi organisasi, hanya bagian yang bermasalah saja yang dirubah, sedangkan bagian yang masih baik tidak perlu dirubah. Dalam metafora kehidupan, reframe adalah otak, restrukturisasi adalah badan, revitalisasi adalah penyesuaian badan dengan lingkungan, dan pembaharuan adalah roh. Bila yang sakit adalah pikiran, maka hanya bagian otak yang diperbaiki (reframe). Bagian lain seperti tubuh dan roh tidak perlu diutak-atik.
Besarnya magnitude industri CPO menyebabkan terlalu banyak kepentingan terselubung (vested interest) dalam penentuan struktur dan proses organisasi Dewan Komoditas. Seluruh upaya yang dicurahkan untuk membentuk dan menjalankan Dewan Komoditas harus dilandasi oleh keinginan untuk membesarkan SAKSI yang secara positif memotivasi para pemangku kepentingannya untuk belajar, mencipta, beradaptasi dan berkontribusi untuk menjadikan SAKSI sebagai organisasi yang berpengetahuan dan menjadi organisasi yang berkembang.
Untuk meningkatkan efektivitas organisasi SAKSI saat ini, diperlukan intervensi pada tingkat organisasi dengan melibatkan tiga pilar utama yang dinamakan ABG (Academician, Businessmen, dan Government) untuk melaksanakan 8P (program, politik, people, planet, profit, pengelolaan, pemasaran dan penelitian). Peran utama government adalah membuat program yang tepat dengan memperhatikan keseimbangan aspek politik, people (masyarakat), planet (lingkungan hidup) dan profit dalam SAKSI, guna membuat bisnis CPO sustainable, mampu mengentaskan sebagian masalah kemiskinan dan menjadi penghela ekonomi nasional. Hal ini secara integral dilakukan oleh pemerintah dengan memfasilitasi pembentukan Dewan Komoditas. Peran businessman adalah melakukan pengelolaan dan pemasaran dengan baik sehingga program pemerintah dapat berjalan dan memberikan efek sinergi kepada SAKSI. Sedangkan peran academician adalah melakukan penelitian yang tepat guna sehingga dapat dimanfaatkan oleh para businessman untuk memperbesar skala penelitian menjadi skala industri sehingga mendapat nilai tambah yang lebih besar bagi SAKSI secara keseluruhan.
Jika transformasi Komisi Minyak Sawit Indonesia (KMSI) menjadi Dewan Komoditas berjalan secara mulus, dan bersamaan dengan periode tersebut pangsa pasar CPO Indonesia telah melebihi Malaysia, maka kejayaan industri CPO Indonesia akan sustainable, dan tak akan ada lagi situasi-situasi di ujung tanduk yang tercipta karena lemahnya sistem agribisnis kelapa sawit kita.
Penciutan BUMN Perkebunan: Tanggapan untuk Faisal Basri
Dahulu Ayam atau Telur?
Isu penciutan BUMN perkebunan dipicu dari masalah produktivitas tanaman yang rendah. Hal ini harus menjadi pangkal kajian untuk menentukan langkah selanjutnya, sehingga tidak melebar menjadi bola salju liar yang bisa menyebabkan pembakaran seluruh lumbung padi gara-gara ingin membasmi sekelompok “tikus”.
Dalam ilmu fisika terdapat kaidah pengungkit (leverage) yang menggunakan masukan minimal untuk mendapatkan keluaran maksimal. Pengungkit produktivitas bekerja dengan cara yang sama. Produktivitas BUMN perkebunan masih dapat ditingkatkan dengan biaya yang relatif kecil untuk menghasilkan unit usaha yang berdayasaing global. Solusi yang diusulkan adalah melakukan perubahan pada tingkat unit usaha dan pembentukan cluster industri.
Tuesday, April 10, 2007
Cari Nikmat Menghindari Sengsara?
Demikian juga halnya, manusia bekerja (Homo faber) mengikuti kata-kata hati (bukan kata hati-hati!). Bagaimana wujud seorang Madonna kalau dia tidak suka menyanyi dan menari. Coba bayangkan seekor angsa terompet bisu yang berupaya keras mencari jati dirinya dengan mencuri terompet yang sebenarnya dan belajar meniupnya demi menjaga eksistensi dirinya. Untuk membuat monyet-monyet tak berdedikasi supaya mau menjalankan ritual hidup dan bertahan hidup, cukup dengan metode monkeylogy dari keluarga Macaca fascicularis: Cari Nikmat Menghindari Sengsara.
Kalau kamu memang benar-benar kunyuk, maka kalau kamu ikut aturan main dan menghasilkan outcome tertentu, maka kamu akan mendapat kenikmatan sebagai ganjaran kinerja yang dihasilkan. Tetapi kalau kunyuk ternyata memang nggak bisa belajar ilmu manusia, maka si kunyuk akan mengalami sengsara. Dari kumpulan sengsara-sengsara inilah, si kunyuk belajar peribahasa manusia bahwa sengsara membawa nikmat. Akhirnya si kunyuk mengembangkan mashab monkeylogy, bahwa kalau menuruti peraturan akan mendapat nikmat, sedangkan kalau melawan kemapanan akan mendapat sengsara. Teori evolusi Mbah Darwin ternyata diaplikasikan oleh spesies kunyuk dengan ketepatan angka dua digit di belakang koma. Dan sebagai manusia yang mengamati dan menuliskan perilaku kunyuk ini, saya berhasil memeras intisarinya dan menerapkannya dalam ilmu manajemen kinerja (performance management) berbasis pendekatan balanced scorecard. Ternyata master piece Kaplan dan Norton diinspirasikan dari monkeylogy yang sederhana: Spesies monyet susah untuk berubah (sampai mati juga nggak berubah bebeh), tetapi sekali dia berhasil mengalami kesengsaraan yang diikuti dengan kesengsaraan lajutannya, maka sampailah mereka pada pemahaman philosophy manusia bahwa sengsara membawa nikmat, dan transformasi monkeylogy inilah merupakan inti dari performance management berbasis balanced scorecard. Puas .... puass .... puasss!
Memoar 2003: Kriteria Bangsa dan Bangsa-T
Apakah nama Negara Indonesia ini juga telah mengalami proses peningkatan gravitasi sehingga menjadi keberatan nama. Apakah medan elektromagnetis bumi di Indonesia sudah semakin melemah dan menyebabkan kemampuan inti bumi untuk berotasi semakin berkurang, dan tanpa adanya medan elektromagnetis yang cukup kuat, atmosfer Indonesia semakin telanjang dan akan terpanggang sinar matahari dan manuver pesawat tempur negara asing.
Dan apabila melihat anatomi keinginan, motivasi, nilai-nilai, dan kelakuan orang-orang yang berada di aras trias politica bangsa ini, maka ada rancangan usulan sarkastis untuk menabalkan nama Republik Indonesia menjadi Republik T-Indonesia. Marilah kita coba melihat kenyataan dan memahami apa yang merupakan akar permasalahan bangsa ini.
Selain itu, sekelompok pengguna sistem terbuka Linu-linu(X) telah membuat website antivirus KKN versi 1.0 dan 2.0 yang dapat di down load secara gratis ala tayangan sinetron Kampung Nusa Getir di TPI. Permasalahannya, sekarang sudah ada kasak-kusuk yang ditujukan untuk membungkam website tersebut dan membuat iklan pop up virus KKN versi 3.0 dengan iklan extravaganza ala pemilihan Putri Indonesia 2003 dengan bintang tamu Miss Universe Amelia Vega yang sedikit kedodoran tali bajunya.
Untuk bangsa ini, dari referensi dan preferensi nonton film asing dan Pemilihan Putri Indonesia 2003 kusampaikan pesan rindu untuk ibu dan bapak bangsa:
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dan dibesarkan bunda
Untuk berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata
Dan akan banyak orang-orang yang tidak bisa dan tidak rela menutup mata karena bangsa ini tidak bisa memberikan perlindungan di hari tua.
Aik Nabara Selatan, 28 Juli 2003.
17:46:50
*) KKN = Kuliah Kerja Nyata, sekarang diplesetkan dan lebih terkenal sebagai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Ada ungkapan yang menarik tentang versi KKN itu, dan beberapa yang terkenal adalah: Kanan-Kiri Nona, Kanan-Kiri Nyikut, Kecil-Kecil Nekat, Kanan-Kiri Nuntun dan Kayak Kuda Nil.