Tuesday, April 10, 2007

Memoar 2003: Kriteria Bangsa dan Bangsa-T


Apalah artinya sebuah nama, demikian imbuh seorang Shakespeare. Suatu perkataan yang seakan menisbikan makna suatu nama, terlepas dari rumusan klenik di suatu suku yang menganggap keberatan arti nama bisa menyebabkan rezeki berkurang dan kesialan demi kesialan datang mendera. Konon, hanya orang-orang yang dibekali wahyu dan garis keturunan penguasa saja yang tahan menyandang nama besar seperti kemampuan menjaga bumi (mangkubumi), menghujamkan keteraturan di alam (pakubuwono), dll. Bila mereka yang tidak mempunyai persinggungan garis kebesaran dengan trah yang berkuasa, keberatan nama ini diniskalakan dapat membuat yang bersangkutan mengalami hari-hari penuh keputusasaan.

Apakah nama Negara Indonesia ini juga telah mengalami proses peningkatan gravitasi sehingga menjadi keberatan nama. Apakah medan elektromagnetis bumi di Indonesia sudah semakin melemah dan menyebabkan kemampuan inti bumi untuk berotasi semakin berkurang, dan tanpa adanya medan elektromagnetis yang cukup kuat, atmosfer Indonesia semakin telanjang dan akan terpanggang sinar matahari dan manuver pesawat tempur negara asing.

Dan apabila melihat anatomi keinginan, motivasi, nilai-nilai, dan kelakuan orang-orang yang berada di aras trias politica bangsa ini, maka ada rancangan usulan sarkastis untuk menabalkan nama Republik Indonesia menjadi Republik T-Indonesia. Marilah kita coba melihat kenyataan dan memahami apa yang merupakan akar permasalahan bangsa ini.


Adanya keinginan untuk mandiri sebagai bangsa yang bebas, tidak dicekam oleh keinginan imperialis yang mengeksploitasi kekayaan alam bangsa ini untuk mencapai kemakmuran bangsa imperialis penjajah yang tidak berusaha meningkatkan kesejahteraan umum dan taraf kecerdasan bangsa telah menghantarkan bangsa ini ke depan pintu gerbang kemerdekaan sebagaimana yang telah dimaktubkan dalam visi bangsa ini pada tahun 1945.


Adanya keinginan untuk merdeka ini menciptakan motivasi untuk menjunjung tinggi kemerdekaan, sekaligus kesediaan untuk berkorban nyawa sekalipun demi mempertahankan kemerdekaan itu dari rongrongan siapapun. Motivasi ini membawa nilai-nilai yang menjunjung tinggi kemerdekaan, dan menjelma menjadi tingkah laku yang supportif terhadap apa saja yang bisa mengamankan kemerdekaan itu dari rongrongan siapapun. Itulah visi Indonesia, visi bangsa Indonesia.


Dengan berjalannya waktu, ketika situasi kondisi toleransi pandangan dan jangkauan telah berubah dan menegang, maka bangsa ini menghadapi situasi yang mencekam dan memerlukan pencerahan. Dari nilai gotong royong menjadi nilai gotong-gotongan, dari ringan sama dijinjing berat sama dipikul menjadi ringan gua yang jinjing kalau berat elu yang pikul. Kita diantarkan pada suatu kenyataan bahwa keinginan zaman kemerdekaan dengan keinginan zaman sekarang telah berubah. Rasanya tidak butuh kemerdekaan lagi setelah merdeka 58 tahun, karena generasi sekarang tidak pernah merasakan dijajah dan terus terang sudah tidak tahu lagi apa yang namanya penjajahan fisik. Kalau dijajah secara ekonomis seperti penyerbuan film, budaya dan franchise asing, rasanya mungkin lebih dinikmati daripada diprihatinkan dan harus tersiksa batin. Keinginan yang semu ini akhirnya menyebabkan perubahan motivasi, untuk menjadi lebih kaya, lebih hedonistis dan ber dunia gemerlap (dugem) ria. Motivasi kaum dugemist jelas membawa pada perubahan nilai dan perubahan tingkah laku. Jam hidup dugemist bergeser menjadi nokturnal, makhluk yang aktif di malam hari seperti batman dan raveman. Dan jangan bermimpi atau mengharapkan dugemist aktif atau hyperaktif di siang hari seperti sidang komisi, forum konsultasi dan rapat koordinasi terbatas.


Seluruh perubahan ini secara perlahan dan pasti mendeformasi angin reformasi menjadi cyclone yang menghancurkan bangsa ini dengan kekuatan skala F5. Fenomena korupsi, kolusi dan nepotisme telah mencapai tipping point, dan hai seperti sulap tiba-tiba saja telah ada dimana-mana. Seperti semua orang yang tiba-tiba saja menggunakan hand phone. KKN telah merebak dan menjadi atmosfer di atas khatulistiwa. Bicara, ngomong, dan kentut pun semuanya sudah beraroma KKN. Bohong sudah menjadi kebiasaan, baik itu kebohongan pribadi maupun kebohongan publik. Yang membuat undang-undang, yang menjalankan undang-undang, dan yang mengoreksi penyimpangan dari undang-undang, kini semuanya telah terpapar radiasi alam karena inti bumi yang menghasilkan tirai pelindung medan elektromagnetis negara ini sudah mulai berhenti berputar. Mereka semua sekarang beralih profesi menjadi pembuat undangan. Dan mereka menternakkan udangan itu dalam tambak-tambak undangan disepanjang estuarine. Mereka siap menjual undangan-undangan untuk mendapat devisa, penanaman modal asing, sekaligus mengompas para pengusaha. Bangsa Indonesia telah mengalami transformasi genetis menjadi T-indonesia, sehingga sekarang mereka telah menabalkan dirinya menjadi Bangsa T-indonesia (secara leksikal jangan digabung pembacaannya sehingga menjadi BangsaT-Indonesia). Inisial T ini adalah Terminator yang dikirim dari masa depan dengan misi memusnahkan para pimpinan pejuang yang akan memimpin pembrontakan terhadap penguasa (mesin) di masa yang akan datang.


Menjadi bangsa Indonesia atau bangsa-T Indonesia sungguh merupakan pilihan yang paling sulit untuk dipilih. Hanya saja, menjadi bangsa T-Indonesia nampaknya merupakan reaksi spontan yang akan berlangsung secara otomatis dan tidak membutuhkan energi dari luar sistem yang ada. Kecuali ada yang rela mengorbankan dirinya dengan memberi energi untuk menghidupkan kembali “the core” yang sudah mulai soak seperti batere yang sudah lama dipakai.


T-Indonesia adalah terminator Indonesia yang dikirim dari masa yang akan datang untuk memusnahkan calon pemimpin bangsa ini yang kelak akan mampu mengobarkan peperangan terhadap spesies penguasa (mesin) yang akan mengambil alih pemerintahan. Mesin penguasa masa yang akan datang (T-Indonesia) adalah mesin yang dirancang untuk hidup dalam lingkungan yang telah terpapar virus KKN versi 2, dan mampu menghasilkan outcome dengan efektivitas dan efisiensi tinggi dalam lingkungan KKN. Artinya, mereka sendiri adalah matriks KKN yang mengatur derajat penularan virus KKN versi 2 terhadap seluruh mesin kehidupan bangsa T-Indonesia, dan dalam keadaan tertentu mampu berfungsi sebagai agen anti KKN.


Kini sebuah mesin T-max dikirimkan ke zaman ini untuk mengejar calon pemimpin perjuangan masa yang akan datang. T-max akan dikirim ke konvensi-konvensi penting untuk menyaring calon independen dari partai yang diperkirakan akan mengganggu kekuasaan T-Indonesia kelak. T-max adalah sebuah mesin yang mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan mesin-mesin lain dan memerintahkan mesin itu untuk mengerjakan apa yang diinginkannya. Dengan siulan statis nada mesin faks melalui hand phone, T-max sanggup mengakses dan menyelinap ke dalam data base badan intelijen manapun serta mencari dan mencuri data yang diinginkannya. Suatu kelemahannya adalah, T-max tidak dirancang untuk mendapatkan file mereka yang berstatus tersangka dan tidak memiliki SKKB dari polisi, karena programernya sudah merancang untuk mengeliminir calon dari golongan itu karena diyakini mereka tak bakal sanggup menghadapi T-Indonesia.


Saudara-saudara, akankah kita biarkan T-max membantai calon pemimpin independen kita dan membiarkan T-Indonesia berkuasa di persada ini, sehingga kelak orang-orang akan memanggil bangsa ini sebagai bangsa T-Indonesia. Mari kita eliminir kriteria sebagai bangsa T-Indonesia, dan biarkan kita tetap bangga sebagai bangsa Indonesia, yang walaupun bercermin di air keruh tetapi tidak meludahi muka sendiri.


Mari kita mengirim orang untuk melakukan ekspedisi ke inti bumi untuk meledakkan inti tersebut dengan reaksi thermo nuclear, dan mengaktifkan kembali “the core” yang sudah mulai kehabisan energi. Satu-satunya jalan untuk mengatasi persoalan Indonesia, adalah masuk ke dalam inti bumi dan membuat ledakan yang bisa membangkitkan kembali energi tersebut sehingga bumi tetap berputar. Untuk itu, marilah beramai-ramai kaum professional, bisnisman, guru kecil, guru besar dan siapa saja yang peduli dengan Negara ini untuk berbondong-bondong masuk ke dalam lembaga legislatif dan menghidupkan kembali “the core” dengan idealisme tanpa virus KKN versi 2.0. (Virus KKN versi 1.0 dirancang untuk sistem eksekutif yang tersentralisasi dengan sistem stand alone. Virus KKN versi 2.0 bekerja dengan platform yang lebih luas dengan asas desentralisasi pada sistem jaringan kerja).


Selain itu, sekelompok pengguna sistem terbuka Linu-linu(X) telah membuat website antivirus KKN versi 1.0 dan 2.0 yang dapat di down load secara gratis ala tayangan sinetron Kampung Nusa Getir di TPI. Permasalahannya, sekarang sudah ada kasak-kusuk yang ditujukan untuk membungkam website tersebut dan membuat iklan pop up virus KKN versi 3.0 dengan iklan extravaganza ala pemilihan Putri Indonesia 2003 dengan bintang tamu Miss Universe Amelia Vega yang sedikit kedodoran tali bajunya.

Untuk bangsa ini, dari referensi dan preferensi nonton film asing dan Pemilihan Putri Indonesia 2003 kusampaikan pesan rindu untuk ibu dan bapak bangsa:

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dan dibesarkan bunda
Untuk berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata

Dan akan banyak orang-orang yang tidak bisa dan tidak rela menutup mata karena bangsa ini tidak bisa memberikan perlindungan di hari tua.

Aik Nabara Selatan, 28 Juli 2003.
17:46:50













*) KKN = Kuliah Kerja Nyata, sekarang diplesetkan dan lebih terkenal sebagai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Ada ungkapan yang menarik tentang versi KKN itu, dan beberapa yang terkenal adalah: Kanan-Kiri Nona, Kanan-Kiri Nyikut, Kecil-Kecil Nekat, Kanan-Kiri Nuntun dan Kayak Kuda Nil.

No comments: